Apa yang menjadi faktor resiko penyakit trofoblastik gestasional? Beberapa faktor resiko untuk terjadinya penyakit trofoblas gestasional telah dikenali, tetapi bagaimana tiap faktor tersebut saling berkaitan dan saling memengaruhi masih belum diketahui dengan jelas.
Berikut ini faktor resiko terjadinya penyakit trofoblas gestasional (PTG). Resiko paling besar ditemukan pada wanita dengan usia di bawah usia 15 tahun dan di atas 40 tahun dan meningkat secara signifikan pada wanita yang pernah mengalami PTG sebelumnya.
Resiko tersebut akan menignkat 20-40 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Setelah suatu PTG, resiko untuk kehamilan mola berikutnya adalah 0,6-3%.
Sebuah penelitian melaporkan kenaikan resiko terjadinya PTG berulang pada wanita India dan Pakistan yang hidup di Inggris sebesar 2,4 kali lipat dibandingkan dengan populasi umum.
Kehamilan ganda dan inseminasi buatan juga dilaporkan dapat meningkatkan resiko terjadinya mola. Secara umum, resiko terjadinya PTG lebih sering terjadi pada etnik Asia, Afrika, dan Amerika Tengah.
Terjadinya kasus PTG rekuren yang bersifat familial telah dilaporkan. Ini menandai bahwa terdapat dasar genetik untuk terjadinya PTG. Penelitian menemukan suatu defek gen pada kromosom 13q13,4 yang diberi nama NLRP7, yang merupakan bagian dari keluarga gen CATERPILLAR. NLRP7 mungkin berperan dalam oogenesis atau endometrium pada saat invasi trofoblas dan pembentukan lapisan desidua.
Meski beberapa penelitian tidak menemukan hubungan antara resiko terjadinya PTG dan golongan daerah ABO, wanita yang terkena PTG lebih banyak yang bergolongan darah B. Faktor lain meliputi konsumsi rokok, penggunaan kontrasepsi oral, herbisida tertentu (agen oranye), dan radiasi.
Mau BEBAS dari SAKIT dengan herbal yang tepat? KONSULTASI GRATIS klik tombol WhatsApp ini:
WHATSAPP SEKARANGPencegahan Apa yang Dapat Saya Lakukan?
Faktor resiko etnik dan genetik memang tidak dapat diubah sedangkan faktor resiko lingkungan yang paling mudah diubah belum dapat ditemukan kaitan yang pasti dengan terjadinya penyakit trofoblas gestasional.
Hal ini menyebabkan kesulitan tersendiri dalam melakukan pencegahan primer pada wanita hamil. Pencegahan primer terbatas pada anjuran untuk hamil antara usia 15-30 tahun, menghindari kehamilan di luar usia tersebut, dan menghindari kehamilan.
Pada pencegahan sekunder, lebih ditekankan pada deteksi dini dan pengobatan yang sesuai dengan pedoman yang berlaku. Hal ini didasarkan pada angka kesembuhan yang tinggi bagi pasien penyakit trofoblas ganas. Meskipun sudah terdapat metastatis, jika penyakit cepat dideteksi dan diobati maka angka kesembuhannya akan semakin tinggi.
Penyebab utama prognosis yang buruk adalah keterlambatan diagnosis dan terapi. Pengobatan pada penyakit trofoblas gestasional dengan resiko rendah adalah melalui kemoterapi tunggal, sedangkan pada pasien dengan penyakit trofoblas ganas diberikan kemoterapi kombinasi.
Langkah pencegahan terakhir adalah pencegahan tersier. Pada tahap ini, lebih ditekankan pada rehabilitasi. Umumnya pasien dengan penyakit trofoblas gestasional berhasil diobati dengan kuretase suction untuk mola hidatidosa, dan kemoterapi untuk jenis penyakit trofoblas yang ganas seperti koriokarsinoma. Sedangkan, Histerektomi (pengangkatan rahim) hanya pilihan untuk mereka yang tidak ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.