Metode pengobatan di Indonesia sebenarnya sedikit rancu. Kita demikian terbiasa untuk mengonsumsi antibiotik untuk segala keluhan kesehatan tanpa menyadari ada efek antibiotik yang mungkin mengintai. Padahal, ada bahaya antibiotik yang mungkin mengancam, mulai dari efek resistensi antibiotik sampai masalah kanker.
Mungkin sedikit sulit dipercaya bagaimana antibiotik dapat kita kaitkan dengan kanker. Sementara jelas kanker sendiri sama sekali bukan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan bukan pula penyakit infeksi menular.
Inilah yang akan kita coba kuak pada kesempatan ini. Rupanya antibiotik memiliki dua sisi mata uang yang sangat penting untuk dipahami. Bahwa ada manfaat antibiotik yang jelas dibutuhkan tubuh, tetapi juga ada sejumlah resiko bahaya antibiotik yang juga perlu diwaspadai.
Kenali Peran Antibiotik
Sebelum antibiotik ditemukan dalam dunia kesehatan, orang sulit sekali untuk mengatasi keluhan infeksi. Dunia medis hanya bisa mengandalkan sistem daya tahan tubuh untuk memberantas infeksi dengan sendirinya.
Ini jelas cara yang beresiko, mengingat bakteri pada umumnya cenderung lebih “bandel” sehingga acapkali sulit untuk diatasi sekedar dengan mengandalkan daya tahan tubuh. Sekalipun sudah dilakukan beragam tindakan yang sifatnya menstimulasi imun.
Tak jarang dokter memutuskan untuk mengangkat jaringan hingga bagian tubuh yang terinfeksi demi mencegah penyebaran bakteri dan infeksi berkelanjutan. Tingkat kematian dari infeksi bisa dikatakan relatif tinggi.
Antibiotik yang ditemukan di tahun 1928 menjadi solusi yang sangat efektif mengatasi semua masalah ini. Jelas terbukti antibiotik menjadi cara cepat mengatasi infeksi dan membunuh bakteri.
Antibiotik memiliki kemampuan melemahkan sistem nukleus dari bakteri, bahkan mungkin menyebabkan kematian bakteri. Ini yang menyebabkan infeksi dengan cepat teratasi.
Hanya saja, kemudian terungkap sejumlah fakta lain yang mulai mengungkapkan bahaya antibiotik. Seperti fakta mengenai efek antibiotik yang menyebabkan menurunnya jumlah bakteri baik dalam pencernaan dan masalah resistensi antibiotik.
Faktanya, antibiotik adalah terapi yang sifatnya mematikan kehidupan mikro. Dalam jumlah terbatas dan jangka pendek, jelas ini aman. Tetapi mengingat tubuh manusia juga terbentuk dari jutaan sel, yang notabene juga struktur mikro, rasanya kita perlu mulai memikirkan ulang pola konsumsi antibiotik kita.
Teori Tentang Penyakit dan Mikroba
Dalam sejarah dunia kesehatan dikenal dua teori utama mengenai penyakit dan mikroba. Kedua teori itu melihat bagaimana sebuah penyakit bisa muncul dan menyerang seseorang.
Menurut teori pertama, yaitu teori Antoine Bechamp, penyakit sebenarnya adalah efek dari kerusakan fungsi sel, tubuh, dan malnutrisi. Bahwa seharusnya secara alami tubuh memiliki kemampuan efektif mencegah penyakit kecuali tubuh mengalami penurunan kondisi akibat malnutrisi dan efek kurang olahraga.
Sedangkan dalam teori kedua yang lebih populer dari Louis Pasteur, dikenal bahwa penyakit datang dari serangan mikroba, termasuk bakteri, virus, dan jamur. Peran kondisi imunitas dan sistem tubuh hanya sebagai pagar pelindung tetapi kadang tak berkutik berhadapan dengan mikroba.
Konsep kedua ini yang kemudian menjadi dasar terapi pengobatan antibiotik. Bahwa untuk dapat mengatasi penyakit, dalam hal ini infeksi, maka cara terbaik adalah dengan membunuh bakteri penyebabnya dengan antibiotik.
Dalam dunia pengobatan modern, kedua teori ini kemudian dibaurkan, tentu saja juga terkait dengan demikian banyak temuan yang menguatkan fakta bahwa kedua teori ini saling berkaitan.
Konsep Pengobatan Modern
Pandangan mengenai pembauran teori masih diyakini oleh kalangan medis secara terbatas. Kebanyakan kalangan medis masih cenderung berpegang pada pandangan teori Pasteur. Ini yang menyebabkan kebanyakan dokter dengan serta merta memberikan resep antibiotik untuk hampir setiap keluhan yang dialami pasien.
Padahal, sebenarnya, tidak setiap penyakit adalah infeksi dan tidak setiap infeksi disebabkan oleh bakteri. Sementara, antibiotik sendiri cenderung efektif hanya pada penyakit infeksi karena bakteri.
Dan tidak selamanya penyakit infeksi demikian berat sampai hanya dapat diatasi dengan antibiotik. Sejumlah infeksi sebenarnya relatif ringan sehingga dengan cara alami saja tubuh masih mampu mengatasinya.
Pandangan ini menumbuhkan paham modern, bahwa tubuh pada dasarnya membutuhkan nutrisi dan cukup aktivitas fisik untuk tetap bugar dan sehat, termasuk untuk tetap memiliki sistem imunitas yang baik.
Karena imunitas yang bekerja baik akan efektif menyerang infeksi bakteri, virus, dan jamur. Malah, terlepas dari aspek serangan bakteri dan mikroba lain, imunitas yang tidak bekerja baik justru dapat menyebabkan penyakit dengan menyakiti diri sendiri seperti pada kasus autoimun.
Sebenarnya sejumlah penyakit infeksi bisa dicegah dengan kondisi imunitas yang baik, bahkan dapat diatasi sedini mungkin oleh sistem daya tahan tubuh. Namun sejumlah infeksi serius karena bakteri atau virus tertentu yang ganas cukup sulit untuk dicegah atau diatasi dengan hanya mengandalkan sistem imun alami.
Pandangan ini memang mengubah haluan pengobatan modern untuk menunda pemberian antibiotik. Faktanya, alih-alih selalu bermanfaat, sejumlah bahaya antibiotik dapat saja mengancam. Sebenarnya, ada efek antibiotik yang perlu diwaspadai dan ini menjadikannya tidak lebih aman dari sekadar mengandalkan imunitas tubuh.
Apa Saja Efek Antibiotik?
Ada banyak temuan modern yang membuktikan bahwa di balik manfaat dari antibiotik dalam mengatasi infeksi, tersimpan pula sejumlah efek samping yang perlu diwaspadai. Terutama bila antibiotik dikonsumsi dengan berlebihan dan dengan cara tidak tepat. Beberapa efek antibiotik tersebut antara lain;
Merusak Sistem Imun
Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan sistem imun tubuh melemah. Ini akan lazim terjadi pada mereka yang cenderung terlalu sering mengonsumsi antibiotik. Karena kehadiran antibiotik dengan efektif mematikan bakteri.
Ini membuat sistem imun melakukan respon negatif terhadap kondisi ini. Akibatnya sistem imun kehilangan kepekaan akan sinyal keberadaan infeksi atau serangan mikroba. Efek antibiotik meyebabkan imunitas tubuh tidak memiliki kemampuan efektif untuk membentuk cukup pasukan sel darah putih guna melawan infeksi.
Pemberian antibiotik pada anak usia dini di bawah 1 tahun juga dapat memicu kerusakan pada sistem imunitas. Ini karena pada bayi, sistem daya tahan tubuh sebenarnya belum bekerja optimal.
Stimulasi yang salah dari keberadaan antibiotik menyebabkan sistem imun pada bayi gagal terbentuk sempurna. Akibatnya bayi malah cenderung lebih sensitif untuk terserang infeksi di jangka panjang.
Efek antibiotik dalam jangka panjang yang dapat merusak sistem daya tahan tubuh dari bayi dijelaskan dalam sebuah publikasi di Journal Cell Host Microbe tahun 2016.
Menurunkan Level Bakteri Baik
Pada dasarnya, antibiotik adalah pembunuh mikroba. Sifat ini bekerja tanpa pandang bulu, termasuk pula menyerang bakteri baik dalam tubuh, seperti pada pencernaan dan organ vital wanita. Hal ini dijelaskan dalam The Journal of Clinical Investigation tahun 2016.
Masalahnya, peran bakteri baik dalam tubuh sebenarnya sangat krusial. Menyebabkan bakteri baik ini mati justru akan meningkatkan resiko infeksi ke depannya, terutama bila kita bicara soal bakteri baik di dalam pencernaan.
Menurut WebMd, menurunnya kadar bakteri baik dalam pencernaan akan mengganggu kinerja pencernaan itu sendiri. Bakteri baik pada pencernaan berperan dalam proses pencernaan, penyerapan makanan, hingga proses pembusukan.
Menurunnya kadar bakteri baik tidak hanya akan mengganggu kinerja pencernaan. Tetapi juga menyebabkan masalah obesitas, gangguan enzim pencernaan, peradangan pada pencernaan, gangguan lambung, usus dan lain sebagainya.
Masalahnya, bakteri dalam usus tidak hanya berkaitan dengan fungsi pencernaan. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa bakteri baik akan memiliki efek terhadap status homeostatis. Homeostatis adalah ketika sistem imunitas dan endokrin atau hormonal berada pada titik keseimbangan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Journal of Gut Microbes tahun 2012, ini menandakan besarnya peran mikroba dalam usus terhadap kemampuan daya tahan tubuh dan keseimbangan fungsi tubuh secara general. Dan menurunnya kadar bakteri akibat efek antibiotik sudah pasti akan mengganggu keseimbangan yang sudah terbentuk.
Efek Resistensi Antibiotik
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ada bahaya antibiotik yang dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsi imunitas. Maka masalah lain yang juga perlu diwaspadai adalah efek resistensi antibiotik.
Menurut website resmi WHO, resistensi antibiotik terjadi akibat proses adaptasi bakteri akibat terbiasa akan paparan antibiotik. Ini menyebabkan tubuh mendorong bakteri mengubah pola respon terhadap efek antibiotik. Ini membuat bakteri tidak terpengaruh oleh serangan kimiawi dari antibiotik dan menjadi kebal.
Resistensi antibiotik sendiri menjadi menjadi salah satu perhatian khusus dari WHO, mengingat semakin tingginya kasus resistensi antibiotik di seluruh dunia.
Efek resistensi antibiotik ini menyebabkan tubuh akan semakin kesulitan untuk mengatasi infeksi. Bakteri yang kebal akan efek antibiotik menjadi lebih kuat sehingga memicu infeksi yang lebih berat tanpa dapat dihalangi.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGResistensi antibiotik bukan hanya menyebabkan peningkatan resiko infeksi, tetapi akan menyebabkan metode pengobatan perlu dilakukan dengan cara lebih rumit dan biaya lebih besar. Dan tentu saja tidak menutup kemungkinan dengan efek samping lebih berat dari bahaya antibiotik biasa.
Resistensi antibiotik sendiri bisa terjadi karena kelebihan penggunaan antibiotik atau penggunaan antibiotik yang tidak tepat guna. Ini cukup lazim terjadi ketika pasien flu yang sebenarnya disebabkan oleh infeksi virus justru diberi terapi antibiotik yang notabene tidak diperuntukkan untuk virus.
Resistensi antibiotik juga dapat terjadi apabila antibiotik diberikan pada pasien dibawah usia 1 tahun. Daya tahan tubuh anak usia ini masih rentan sehingga akan lebih aman jika tidak mengonsumsi antibiotik dulu.
Penyebab masalah resistensi antibiotik juga bisa terjadi akibat cara konsumsi yang salah, seperti dikonsumsi melebihi aturan pakai, jarak minum yang terlalu dekat, atau justru tidak dihabiskan.
Gangguan Fungsi Tubuh
Beberapa jenis antibiotik rupanya dapat menyebabkan sejumlah reaksi khusus pada konsumennya. Efek antibiotik ini dapat memicu sejumlah perubahan dan gangguan pada fungsi tubuh.
Beberapa jenis antibiotik seperti cephalosporins, penicillins dan fluoroquinolones berpengaruh pada otot perut dan usus. Beberapa pasien menunjukan reaksi kram perut, mual, muntah, dan diare.
Sedangkan jenis obat antibiotik tetracycline ternyata mendorong peningkatan sensitivitas terhadap sinar matahari. Pasien memiliki resiko peningkatan sensitivitas pada kulit dan mata terhadap paparan Sinar UV dari cahaya matahari. Kulit dan mata jadi lebih mudah terbakar dan mengalami kerusakan jaringan.
Tetracycline juga doxycycline terbukti pula dapat menyebabkan gangguan pada gigi. Pada umumnya efek antibiotik ini terlihat pada anak-anak dengan gigi susu. Paparan antibiotik jenis ini menyebabkan menipisnya email gigi dan merusak warna sehat gigi.
Namun, ada bahaya antibiotik yang lebih serius dan dapat memicu masalah kesehatan lebih berat. Seperti adanya temuan bahaya antibiotik yang memicu alergi, reaksi autoimun seperti steven johnsons, penurunan kadar sel darah putih, hingga gangguan jantung.
Paparan dari antibiotik dalam dosis berlebihan juga dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme dan meningkatkan resiko diabetes. Hal tersebut dijelaskan dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism tahun 2015.
Sedangkan menurut Comparative Haematology International tahun 1993 menjelaskan adanya hubungan antara kebiasaan mengonsumsi antibiotik yang berlebihan dengan kesehatan sistem endokrin. Kebiasaan mengonsumsi antibiotik akan memicu gangguan keseimbangan hormonal atau homeostatis dalam tubuh.
Efek Antibiotik Terhadap Resiko Kanker
Yang juga perlu digaris bawahi dari demikian banyak efek dan bahaya antibiotik terhadap tubuh, adalah bahwa antibiotik dapat meningkatkan resiko kanker.
Pada dasarnya kelebihan antibiotik akan menyebabkan melemahnya fungsi daya tahan tubuh dan resistensi antibiotik. Ini akan menjadi alasan kuat tubuh menjadi lebih rentan mengalami serangan kanker.
Karena sebagian kanker berangkat dari kasus infeksi dan peradangan yang tidak teratasi dengan optimal. Sedangkan gangguan pada sistem imunitas dapat meningkatkan resiko infeksi karena imunitas tidak cukup efektif lagi melawan bakteri, virus, maupun mikroba penyebab infeksi.
Gangguan imunitas juga dapat memicu gangguan autoimun yang nantinya dapat meningkatkan resiko peradangan non infeksi. Karena imun menurun, infeksi maupun peradangan akan lebih sulit disembuhkan. Akibatnya lebih mudah terjadi kerusakan yang pada akhirnya memicu gangguan DNA dan pembentukan sel kanker.
Di sisi lain, imunitas juga menjadi garda awal pertahanan tubuh melawan kanker. Secara alami seharusnya imunitas dapat membaca keberadaan sel abnormal dan membentuk perlawanan dengan sistem apoptosis serta peran sel B, sel T, dan sel NK (Natural Killer).
Masalahnya ketika imunitas melemah, tubuh tidak akan berkutik ketika sel kanker terbentuk. Ini karena tidak cukup banyak sel-sel pertahanan dalam tubuh untuk melawan sel kanker.
Menurut International Journal of Cancer tahun 2008, terdapat efek antibiotik berlebihan dalam tubuh yang memicu peningkatan resiko kanker payudara, paru-paru, dan usus. Juga peningkatan resiko kanker ginjal, pankreas, empedu, tiroid, leukemia, kanker kulit, dan beberapa jenis kanker lain.
Antibiotik juga dapat memicu gangguan keseimbangan hormonal atau homeostatis. Sejumlah komponen antibiotik dapat mengganggu kinerja endokrin dan fungsi kelenjar dalam tubuh.
Ditemukan peningkatan hormon estrogen, bahkan xenoestrogen dan insulin pada sejumlah kasus kelebihan antibiotik. Hormon-hormon berlebihan ini diketahui menjadi salah satu pendorong pembentukan sel kanker.
Dalam ulasan The Journal of the American Medical Association tahun 2004, dijelaskan adanya bahaya antibiotik yang menyebabkan resistensi antibiotik, kerentanan mengalami infeksi dan peradangan pada payudara, serta gangguan estrogen yang pada akhirnya dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Berkurangnya jumlah bakteri baik dalam pencernaan juga dapat meningkatkan resiko kanker. Ini menjadikan sejumlah jenis antibiotik memiliki kaitan erat denan kanker usus. Sebagaimana dijelaskan dalam The American Society for Clinical Oncology tahun 2010.
Cara Alami Menghindari Antibiotik
Bukan berarti tubuh sama sekali tidak membutuhkan antibiotik, apalagi kemudian menyarankan Anda sepenuhnya tidak mengonsumsi antibiotik. Karena pada beberapa penyakit, pemberian antibiotik merupakan solusi terbaik.
Hanya saja, Anda perlu mengendalikan konsumsi antibiotik. Pastikan Anda memang mengidap infeksi karena bakteri, bukan infeksi karena jenis mikroba lain. Jangan mengonsumsi obat antibiotik tanpa ada rekomendasi atau resep dari dokter.
Konsumsilah antibiotik dengan cara yang tepat, sesuai dosis dan waktu yang sudah ditentukan. Serta pastikan menghabiskan antibiotik sebagaimana yang telah diresepkan dokter.
Di sisi lain, pahami tidak selamanya penyakit perlu diatasi dengan antibiotik. Bahkan Anda sangat mungkin mencegah penyakit serta mengatasi penyakit tanpa harus mengasup antibiotik.
Yakinlah, bahwa sebenarnya daya tahan tubuh manusia pada dasarnya cukup baik untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Termasuk itu peradangan dan infeksi. Jadi, alih-alih bergantung pada antibiotik, akan lebih baik Anda mengupayakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara alami, penting untuk menekankan pada perbaikan gaya hidup. Termasuk di dalamnya berolahraga dengan rutin, menjalankan istirahat yang cukup, dan memperbaiki pola makan bergizi seimbang.
Karena untuk memperbaiki daya tahan tubuh dibutuhkan sirkulasi darah yang baik dan ini diperoleh dari latihan fisik yang rutin. Juga diperlukan kondisi hormonal yang baik serta produksi sel-sel darah putih yang optimal. Kondisi ini memerlukan istirahat yang cukup serta pola makan dengan nutrisi yang mencukupi.
Tidak hanya itu, Anda juga perlu memastikan tubuh tidak dipenuhi oleh toksin. Karenanya Anda perlu mengonsumsi antioksidan yang berasal dari buah dan sayuran untuk membantu menurunkan level toksin dalam darah. Upayakan memilih buah dan sayuran organik untuk mengurangi jumlah toksin masuk ke dalam tubuh.
Tubuh juga akan membutuhkan stimulan yang akan membantu meningkatkan kinerja imunitas. Sejumlah cara untuk menstimulasi daya tahan tubuh secara alami adalah sebagai berikut:
-
Dengan Probiotik
Probiotik diketahui membantu meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus. Selain baik untuk meningkatkan kinerja pencernaan, rupanya ketika bakteri baik dalam usus meningkat, maka sistem imun juga turut terdongkrak.
Probiotik memiliki peran sangat besar terhadap imunitasi, sebagaimana juga dijelaskan dalam Critical Reviews in Food Science and Nutrition tahun 2014. Dijelaskan bahwa probiotik membantu menstimulasi peningkatan produksi sel-sel darah putih dalam tubuh.
Mengonsumsi makanan fermentasi seperti yoghurt, tempe, kefir, kimchi, dan acar sangat bermanfaat meningkatkan bakteri baik dalam usus. Tambahkan asupan sayuran dan buah yang kaya oligosakarida semacam pepaya, mangga, asparagus, dan brokoli. Oligosakarida adalah asupan serat yang akan memenuhi kebutuhan makanan bagi bakteri baik dalam usus.
-
Mengonsumsi Herbal
Sejumlah herbal diketahui memiliki manfaat sebagai stimulan daya tahan tubuh. Beberapa jenis herbal bahkan dapat bekerja sekaligus sebagai anti-bakteri dan antiseptik yang secara alami dapat Anda manfaatkan sebagai pengganti antibiotik. Ini akan membantu Anda mengatasi infeksi dan peradangan tanpa harus berhadapan dengan bahaya antibiotik.
Dijelaskan dalam Medical Hypotheses tahun 1983, bahwa bawang putih adalah salah satu herbal dengan komponen antibiotik alami yang kuat. Selain itu dalam Journal of Food Science and Technology tahun 2015, dijelaskan pula tingginya kemampuan antibiotik dan anti inflamasi dari kunyit.
Menurut Journal of Medical Mycrobiology tahun 2007, oregano terutama minyak oregano juga memiliki komponen antibiotik dan stimulan imunitas yang sangat tinggi. Sedangkan buah Noni juga ditemukan mengandung kemampuan antibiotik dan stimulan antibodi yang cukup efektif, sebagaimana dijelaskan dalam Journal of Food Composition and Analysis tahun 2006.
Masih banyak lagi sumber makanan yang baik untuk sistem daya tahan tubuh termasuk buah beri, madu, minyak kelapa, beragam sayuran hijau, dan rumput laut.
Antibiotik berlebih akan menyebabkan resistensi antibiotik dan meningkatkan resiko kanker. Mengendalikan asupan antibiotik adalah cara terbaik mengendalikan efek antibiotik dan resiko bahaya antibiotik terhadap peningkatan resiko kanker.