Bahaya MPASI pada Bayi Di Bawah 6 Bulan

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 


Penerapan Metode MPASI (Makanan Pendamping ASI) di usia bayi 6 bulan tampaknya belum bisa mencapai keberhasilan penuh. Di beberapa daerah, bahkan harus diakui di kota-kota besar sekalipun, masih dapat kita jumpai orang tua yang memaksa memberikan MPASI pada bayi dibawah 6 bulan.

Beberapa ibu sering merasa kurang percaya diri, mengira ASI mereka tak cukup memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Mereka menambahkan beberapa asupan seperti biskuit bayi, susu tambahan, bubur sampai madu dengan anggapan ini akan meningkatkan nutrisi dalam tubuh bayi dan membantu pertumbuhannya.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Malah di beberapa daerah, masih ada budaya “dublak”, yakni memaksa bayi usia 2 bulan memakan campuran nasi dan pisang. Menurut mereka cara ini akan membantu menambah berat badan si bayi. Diakui memang metode ini akan membuat bayi jadi lebih “montok”.

Tetapi sebenarnya apapun makanan dan tambahan yang berikan pada bayi, MPASI pada bayi dibawah 6 bulan tetap berbahaya. Dan sederet bahaya yang bahkan mengancam nyawa bila tetap Anda lakukan. Beberapa bahaya tersebut antara lain sebagai berikut.

  • Perut Bayi Belum Siap Mencerna

    Bayi yang baru lahir sebenarnya belum memiliki organ yang sempurna, butuh tempo 6 bulan untuk membentuknya berfungsi sempurna. Demikian pula dengan pencernaan pada bayi. Hanya ASI yang siap untuk dicerna oleh tubuh bayi dan diserap nutrisinya oleh tubuh bayi.

    Pencernaan bayi belum siap untuk mencerna berbagai jenis makanan padat. Bahkan beberapa enzim seperti pepsin, lipase, amilase, bahkan asam lambung belum diproduksi oleh tubuh bayi dengan sempurna. Hasilnya makanan padat ini tidak akan tercerna dengan sempurna oleh bayi.

    Nutrisi yang terserap kadang tak sampai 50% dari total kandungan nutrisi. Sisa makanan akan tampak menyerupai bentuk aslinya. Itu menyebabkan bayi kemudian sering sembelit dan kembung. Kadang justru terlihat tidak doyan makan.

    Anda mungkin juga pernah menyadari bahwa bayi yang mendapat asupan susu tambahan, tampak lebih sering BAK dan BAB dari bayi yang hanya minum ASI. Ini juga satu bentuk contoh bagaimana pencernaan bayi tidak mampu mencerna susu tambahan dengan baik.

  • Tubuh Bayi Mengalami Obesitas

    Karena tubuh belum siap mencerna, tubuh juga belum siap menyerap sari makanan. Beberapa nutrisi masih dalam bentuk yang belum tersekresi sempurna seperti protein dan lemak, hasilnya pembakaran energi juga tidak dapat terjadi sempurna. Hasilnya sari-sari makanan hanya tersimpan dalam sel-sel otot tanpa berfungsi. Inilah yang menyebabkan tubuh bayi akan tampak gemuk dan “montok”, karena sel-sel mereka menyimpan lemak dan protein dalam bentuk yang tidak bisa diserap tubuh.

    Sangat disayangkan, ini berarti gemuk yang terjadi tidak bermanfaat. Malah tubuh akan menjadi lebih lamban dan kurang gesit sehingga menganggu keaktifannya dan proses tumbuh kembangnya. Bayi juga bisa jadi terlambat belajar jalan, tampak malas, atau mudah terjatuh.

  • Menyebabkan Iritasi Pencernaan

    Pencernaan yang belum kuat namun harus bekerja layaknya bayi usia di atas 6 bulan, akhirnya justru bisa menyebabkan iritasi pada dinding pencernaan. Dinding usus dan lambung bayi cenderung lebih tipis dan belum memiliki jaringan otot yang mampu melakukan gerak peristaltik sempurna.

    Kadang tanpa disadari, Anda sudah menimbulkan satu faktor yang menjadi pemicu anak menderita beragam penyakit penceraan di usia dini (seperti tukak lambung atau radang usus). Bahkan ditemukan beberapa kasus bayi yang mengalami radang usus di usia 6 bulan, dan mayoritas disebabkan oleh paksaan MPASI pada bayi di bawah 6 bulan.

  • Memicu Alergi

    Usus yang belum siap menerima kontak dengan beberapa senyawa dan nutrisi, kadang menimbulkan efek autoimun. Dan ini memicu terjadinya reaksi alergi yang dapat terus berlanjut hingga dewasa. Beberapa bakteri patogen yang masuk melalui MPASI juga bisa menimbulkan reaksi imunitas yang berlebihan dan akhirnya memicu munculnya alergi.

    Justru asupan ASI akan bekerja dalam fungsi berkebalikan. ASI mengandung sangat banyak nilai nutrisi yang membantu menyempurnakan kekebalan tubuh. Ditemukan fakta bayi dengan ASI eksklusif akan lebih tahan sakit, tidak mudah menurun kondisinya hanya karena lelah dan cenderung lebih tahan pada makanan-makanan yang dianggap berbahaya ketika usia mereka sudah matang.

  • Menyebabkan Keracunan

    Beberapa jenis asupan seperti madu, sering ditambahkan pada bayi usia 6 bulan. Padahal jelas disampaikan oleh WHO, bahwa madu termasuk jenis asupan yang hanya boleh diberikan di usia di atas 1 tahun. Madu mengandung sejumlah senyawa dan jenis fruktosa yang kurang bisa dicerna bayi. Hasilnya justru bisa memberatkan fungsi hati dari bayi dan pada kasus pemberian madu berlebihan, bayi bisa menunjukan gejala serupa dengan keracunan.

  • Menimbulkan Infeksi

    Daya tahan tubuh bayi usia dibawah 6 bulan yang lemah akan menyebabkan mereka belum mampu membentuk imunitas dengan baik termasuk ketika mereka berhadapan dengan sejumlah bakteri yang masuk dari asupan MPASI.

    Bayi jadi mudah terkena infeksi dan serangan sakit seperti diare atau batuk-pilek. Namun kadang juga mengalami keluhan kesehatan yang serius seperti radang telinga atau radang usus karena asupan makanan yang mengandung bakteri tidak mampu mereka lawan. Sekalipun jumlah bakteri dalam makanan sebenarnya dalam konsentrasi rendah.

Setelah mengetahui sederet bahaya dari pemberian MPASI pada bayi dibawah 6 bulan, masihkah Anda bersikeras memberikan bayi Anda MPASI sebelum waktunya?

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}