Dalam beberapa pekan ini kita dihadapkan dengan pemberitaan seputar kasus asap yang menimpa beberapa kota di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Pada beberapa titik seperti pada kota Riau, Palangkaraya sampai Palembang, Jambi, dan Pontianak kondisi asap sudah sangat berat sampai kadar pencemaran udaranya berada pada angka di atas 500 PSI.
Ditengah kondisi berasap yang demikian parah, salah satu ancaman yang kemudian muncul adalah serangan ISPA. Kini di beberapa kota diatas telah dinyatakan darurat ISPA semenjak tak kurang dari puluhan ribu penduduknya mengalami serangan ISPA. Bahkan tercatat sudah menuai beberapa pasien yang meninggal.
Apa kaitan ISPA dan kondisi asap di kota-kota tersebut? Benarkah ISPA erat kaitannya dengan pencemaran udara? Di sini kami akan mencoba membantu Anda memahami ISPA lebih baik dan mengenali bagaimana asap bisa menjadi pemicu ISPA.
ISPA secara medis merupakan akronim dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang dalam dunia internasional lebih dikenal dengan istilah Acute Respiratory Infection atau ARI. Menurut informasi yang kami kutip dari healthline.com, ISPA merupakan kondisi infeksi yang muncul dan menyerang secara cepat pada area saluran pernafasan. Biasanya serangan bermula dari area muka seperti hidung, pangkal tenggorokan dan laring, sebagai titik awal kontak saluran pernafasan dengan udara bebas.
ISPA sendiri sebenarnya adalah kondisi infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis virus dan bakteri seperti adenovirus, rhinovirus, beberapa jenis virus dan bakteri influenzajuga bakteri pneumococcus. Ketiganya memang jenis mikroba yang rentan menyerang area pernafasan dan biasanya menjadi pemicu munculnya flu skala ringan hingga menengah.
Untuk sebuah serangan virus atau bakteri pernafasan mampu memunculkan kondisi ISPA, biasanya perlu disertai kondisi penurunan daya tahan tubuh yang signifikan. Dan pada kasus kabut asap sebagaimana terjadi di kota-kota Kalimantan dan Sumatera, justru penurunan daya tahan tubuh terjadi sebagai efek dari iritasi yang terjadi area hidung dan laring karena kontak dengan asap yang mengandung banyak mineral berbahaya dan mampu bersifat korosit.
Pada hidung sampai area bronchus di pangkal leher, terdapat lapisan khusus yang disebut mukosa. Lapisan ini memiliki silia atau bulu halus yang berfungsi sebagai saring sekaligus pelindung tubuh dari serangan bakteri dan virus.
Silia ini akan bekerja menyaring udara yang masuk, termasuk menyaring bakteri, virus, materi-materi kotoran mikro yang turut terhirup ketika manusia bernafas. Itu sebabnya kerap kali Anda terserang flu dan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan dan hidung. Sebenarnya ini adalah reaksi silia dan sistem membrane mukosa terhadap serangan bakteri dan virus menyebab flu.
Mau BEBAS dari SAKIT dengan herbal yang tepat? KONSULTASI GRATIS klik tombol WhatsApp ini:
WHATSAPP SEKARANGKetika silia ini harus terus bersinggungan dengan material berat, mengandung banyak toksin dan bersifat korosi sebagaimana kabut asap, maka pada akhirnya muncul iritasi pada area silia ini. Mukosa menjadi kaku, tak mampu lagi bekerja optimal menyaring udara yang masuk.
Reaksi dari kondisi iritasi ini adalah munculnya lendir pada area tenggorokan sebagai senjata melawan iritasi. Namun keberadaan lendir ini semakin membuat udara yang sarat dengan kotoran dan mikroba tidak sehat bebas untuk masuk tanpa tersaring.
Di sinilah kemudian bakteri dan virus masuk ke area bronchus, alveoli hingga jaringan paru-paru dan membentuk infeksi serius di seluruh bagian saluran pernafasan. Saluran pernafasan akan diselimuti oleh lendir kental yang membuat pasien sulit bernafas juga mengeluhkan rasa seakan terus merasa berdahak namun tak bisa dikeluarkan.
Tidak berfungsinya sistem pertahanan bakteri dan virus dari mukosa pada saluran pencernaan membuat virus dan bakteri bergerak bebas dan menyerang dengan cepat. Itulah sebabnya serangan ini bersifat akut atau bekerja dengan sangat cepat. Meski dalam beberapa riset dikatakan sifat ISPA karena virus bisa sembuh secara mandiri setelah 14 hari oleh serangan imunitas sendiri.
Namun, bila saluran pernafasan sudah semakin dipenuhi lendir, bukan mustahil pasien akan mengalami masalah serius dengan suplai oksigen hingga menyebabkan pasien mengalami koma hingga kematian. Menurut WHO diperkirakan sekitar 2,6 juta orang meninggal tiap tahunnya karena ISPA. Bahkan beberapa penyakit komplikasi bisa muncul menyertai kondisi ini seperti radang paru-paru akut.
Itulah beberapa hal yang bisa kami informasikan untuk Anda dalam memahami ISPA lebih baik dan juga untuk mengenali bagaimana serangan kabut asap bisa menyebabkan tingginya kasus ISPA di Indonesia dewasa ini.