Pernahkah Anda mengalami depresi pasca-persalinan atau depresi setelah melahirkan? Bagaimana Anda dapat mengatasi situasi ini? Seperti apa sebenarnya depresi pasca-persalinan ini? Apakah gangguan psikologi ini benar-benar berbahaya? Simaklah artikel berikut ini!
Seperti Apakah Depresi Pasca-persalinan?
Jenis depresi ini tidak sama dengan stres biasa yang akan hilang dalam beberapa hari saja, gejala depresi pasca-persalinan biasanya terjadi tepat, atau beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan setelah melahirkan. Sang ibu bisa saja merasa ceria namun perasaan ini segera tergantikan dengan depresi yang membuatnya ingin bunuh diri.
Ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan bisa jadi mudah tersinggung, mudah marah, dan tidak dapat tenang. Beberapa diantaranya merasa ia tidak dapat melakukan tugas sebagai seorang ibu yang baik, bahkan kehilangan kasih sayang pada sang buah hati.
Seorang dokter bernama Miller mengatakan, sang ibu sebenarnya sadar secara mental bahwa ia sayang kepada anaknya, hanya saja ia sulit merasakan kasih sayang tersebut, sehingga yang tertinggal adalah perasaan kesal, muak, dan apatis. Parahnya ada ibu yang dengan nekad mencoba untuk melukai atau membunuh bayi yang mereka lahirkan.
Ibu yang mengalami depresi pasca-persalinan juga mengalami halusinasi seperti; mendengar suara-suara yang ada di kepala, tidak dapat membedakan kenyataan dengan imajinasi walau pada jangka waktu tertentu ia bisa saja bertindak masuk akal. Namun, Anda tak perlu khawatir, karena beberapa pusat kesehatan medis memberikan perawatan yang dapat menangani psikosis (semacam gangguan halusinasi) setelah melahirkan.
Dokter Miller menambahkan, bahwa penyebab psikosis ini masih tidak dapat dipastikan, hanya saja beberapa faktor seperti kelainan genetika maupun perubahan hormon memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Bagaimana hal ini terjadi?
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGMisalnya, saat seorang ibu melahirkan fisik maupun emosinya akan menurun, ini termasuk jumlah kandungan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sang ibu. Akibatnya memengaruhi seluruh sistem tubuh yang turut memicu depresi, sama seperti yang dialami menjelang masa menstruasi.
Selain itu, hormon tiroid juga semakin berkurang, maka dari itu gejala tersebut lebih cocok disebut sebagai kelainan hormon atau senyawa kimia. Adapula yang mengaitkannya dengan kekurangan vitamin B kompleks atau nutrisi yang tidak seimbang.
Faktor Lain yang Dapat Menimbulkan Depresi Pasca-persalinan!
Hal lainnya yang juga dapat memicu depresi setelah melahirkan tidak hanya seputar hormon, terkadang pandangan seseorang juga dapat memengaruhi ibu yang telah melahirkan. Misalnya, seorang ibu yang baru melahirkan bisa saja berpikir atau khawatir bagaimana ia akan menjalani kehidupan sebagai seorang ibu? Hal ini biasanya terjadi karena hubungan yang kurang baik dengan orang tua sang ibu.
Pandangan dari masyarakat sehubungan peranan ibu yang baik juga dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Terlebih jika ia merasa tidak puas dalam kehidupan perkawinannya dan kurangnya perhatian dari anggota keluarga. Bagi, seorang ibu dengan banyak anak yang usianya berdekatan juga dapat membuatnya kewalahan sewaktu merawat mereka.
Bahkan jika ia memiliki sudut pandang negatif terhadap diri sendiri dan memiliki riwayat keluarga yang memiliki masalah ini juga berpotensi mengalami hal yang sama.