“Ketika mengalami sesuatu yang mengerikan, Anda sangat terguncang. Setelah itu dunia bukan lagi tempat yang aman. Dunia menjadi tempat dimana hal-hal buruk dapat, dan memang, terjadi.” Ini adalah pernyataan dari seorang penderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Gejala PTSD bahkan bisa membuat penderitanya tidak sanggup hidup normal. Apa penyebab PTSD dan bagaimana cara mengatasi PTSD?
Artikel ini akan membantu Anda untuk lebih memahami tentang gangguan stres pasca-trauma. Seorang penderita PTSD mungkin merasa tidak akan pernah bisa menghilangkan trauma yang dialaminya dan tidak bisa merasakan ketenangan lagi. Namun banyak orang yang berhasil mengatasi PTSD mereka setelah mencari dan menerima bantuan.
Apa Itu Gangguan Stres Pasca-Trauma?
Gangguan stres pasca-trauma dalam bahasa Inggris disebut post-traumatic stress disorder (disingkat PTSD). PTSD adalah salah satu jenis gangguan kecemasan yang berkembang setelah mengalami atau menyaksikan kejadian yang traumatis atau mengguncang jiwa.
Kondisi PTSD pertama kali dikenali pada veteran perang. Namun kondisi ini bukan hanya terdiagnosis pada prajurit yang terjun di medan perang—ada banyak kejadian traumatis lain yang dapat menjadi penyebab PTSD.
Suatu kejadian apapun, atau beberapa kejadian, yang menimbulkan perasaan putus asa dan tidak berdaya serta membuat Anda “hancur” secara emosional, dapat mengakibatkan PTSD. Khususnya apabila kejadian tersebut tidak diduga-duga dan tidak terkendali.
PTSD bisa dialami oleh seseorang yang secara langsung mengalami kejadian traumatis, seseorang yang menyaksikan kejadian itu, atau mereka yang membersihkan atau menyelesaikan dampak-dampaknya (seperti polisi, petugas SAR, dan petugas ambulans).
Pada PTSD, sistem saraf seolah “mandek” dan membuat penderitanya tetap terguncang secara psikologis meski peristiwa traumatisnya sudah berlalu. Akibatnya ia tidak mampu memahami apa yang terjadi dan tidak sanggup mengatur emosinya.
PTSD vs. Respons Normal atas Kejadian Traumatis
Setelah mengalami kejadian yang mengguncang jiwa, hampir setiap orang mengalami setidaknya sebagian dari gejala PTSD. Ketika sudah tidak lagi merasa aman dan tidak percaya, wajar kalau perasaan dan emosi jadi kacau. Sangat biasa jika seseorang mengalami mimpi buruk, merasa ketakutan, dan tidak bisa berhenti khawatir tentang apa yang sudah terjadi. Ini adalah respons normal atas kejadian buruk.
Namun respons tersebut pada umumnya hanya terjadi sementara. Mereka mungkin hanya dialami selama beberapa hari atau minggu, lalu akan berkurang perlahan. Tetapi kalau Anda memiliki post-traumatic stress disorder, gejala PTSD yang dialami tidak akan berkurang. Dari hari ke hari Anda tidak merasa lebih baik, justru merasa lebih buruk.
Seperti Apa Gejala PTSD Itu?
PTSD berkembang secara berbeda pada masing-masing penderitanya, karena setiap orang memiliki sistem saraf dan toleransi terhadap stres yang berbeda-beda. Kebanyakan gejala PTSD akan muncul dalam waktu beberapa jam atau hari setelah peristiwa traumatis, tetapi kadang juga baru muncul beberapa minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun setelahnya.
Kadang gejala-gejala PTSD muncul tanpa penyebab. Namun di lain waktu, mereka dipicu oleh sesuatu yang mengingatkan Anda pada peristiwa traumatis yang sesungguhnya—seperti suara, gambar, kata-kata, atau aroma tertentu.
Walaupun setiap penderita PTSD punya gejalanya masing-masing, namun ada empat jenis gejala utama yang pada umumnya diderita oleh penderita gangguan ini. Berikut adalah empat gejala utama dari PTSD.
Kembali Mengulang Peristiwa Traumatis:
- Kilas-kilas balik (flashback) yang terlihat jelas (merasa seperti peristiwa itu terjadi sekarang di depan mata)
- Pikiran-pikiran atau bayangan-bayangan yang mengganggu
- Mimpi buruk
- Reaksi mental dan fisik yang kuat atas sesuatu yang mengingatkannya dengan kejadian itu
- Reaksi fisik seperti rasa sakit, berkeringat, mual, atau gemetar
Merasa Waspada / Gelisah:
- Panik saat teringat pada trauma itu
- Mudah marah atau emosi
- Menjadi sangat waspada
- Tidur terganggu atau kurang tidur
- Perilaku yang agresif atau gelisah
- Sulit untuk konsentrasi, bahkan pada pekerjaan yang sederhana
- Gampang kaget
- Perilaku yang merusak diri sendiri atau ceroboh
Menghindari Ingatan / Perasaan tentang Peristiwa Itu:
- Merasa harus tetap sibuk
- Menghindari apapun yang mengingatkannya pada trauma itu
- Tidak mampu mengingat detail dari apa yang terjadi saat peristiwa itu
- Merasa mati rasa secara emosional atau “terputus” dari perasaannya
- Merasa mati rasa secara fisik atau “terpisah” dari tubuhnya
- Tidak mampu mengungkapkan perasaan
- Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan untuk melupakan kejadian itu
Kesulitan untuk Percaya & Perasaan-Perasaan Negatif:
- Merasa tidak bisa memercayai siapapun
- Merasa tidak ada tempat yang aman
- Merasa tidak ada orang yang mengerti dirinya
- Menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi
- Perasaan marah, sedih, bersalah, atau malu yang luar biasa
Apa Kata Mereka?
“Saya kelelahan karena kurang tidur dan tidak pernah bisa merasa tenang.”
“Saya kira saya akan baik-baik saja. Tapi beberapa minggu setelah kejadian itu, saya mulai mengalami gejala fisik yang tidak menyenangkan, mirip serangan jantung: nyeri dada, sesak, dan pusing yang sangat parah sampai saya pikir akan pingsan . . . jantung saya terus berdetak kencang dan saya merasa selalu pusing. Saya tidak bisa keluar rumah dan jadi takut tidur karena saya yakin akan mati.”
“Rasanya seperti melompati garis waktu yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang. Saya melihat kilasan gambar dan suara yang begitu jelas, lalu rasa takut muncul begitu saja . . . jantung saya berdetak kencang, napas saya keras, dan saya tidak tahu lagi ada dimana.”
“Tingkah laku saya berubah dan jadi tidak menentu. Saya bisa berubah dari yang tadinya ingin menyendiri, tidak mau melihat atau bicara dengan siapapun, langsung menjadi ingin party di tengah pekan dan keluar sampai tengah malam.”
“Saya sangat tertekan dan mengalami kecemasan yang luar biasa, tidak mau pergi kemanapun sendirian atau dekat-dekat dengan pria manapun yang tidak saya kenal . . . [Saya] akan kunci jendela kamar dan palangi pintu kamar begitu malam tiba.”
Apa Sebenarnya Penyebab PTSD?
Gejala dan dampak dari PTSD bisa diakibatkan oleh banyak peristiwa berbeda, termasuk perang, kekerasan di masa kecil, kecelakaan, bencana alam, tragedi pribadi, atau kejahatan. Namun apapun penyebab PTSD itu, ada berbagai cara mengatasi PTSD yang dapat secara efektif membantu mengurangi dan menyembuhkan traumanya.
Berikut ini adalah contoh-contoh dari kejadian-kejadian yang mengerikan, mengancam jiwa, dan meninggalkan “bekas luka” yang dalam pada seseorang sehingga memicu gangguan stres pasca-trauma.
- Mengalami kecelakaan mobil
- Diserang secara brutal
- Mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual
- Mengalami pelecehan, intimidasi, atau di-bully
- Diculik atau disandera
- Menyaksikan orang lain terluka atau terbunuh
- Melakukan pekerjaan yang membuat Anda berulang-kali melihat gambar atau mendengar detail tentang peristiwa traumatis
- Proses melahirkan yang traumatis, baik bagi sang ibu maupun bagi suaminya yang menyaksikan
- Terlibat dalam perang atau kekerasan yang ekstrem
- Mengalami serangan teroris
- Mengalami bencana alam, misalnya banjir atau gempa bumi
- Didiagnosis dengan penyakit yang mematikan
- Kehilangan seseorang yang disayangi, terutama akibat kejadian yang menyedihkan
- Mengetahui bahwa orang yang disayangi mengalami peristiwa traumatis (kadang disebut “trauma sekunder”)
- Kejadian apapun yang mengancam kehidupan
Memang ada banyak orang yang berhasil melewati peristiwa traumatis di atas tanpa mengembangkan gangguan stres pasca-trauma. Namun pada orang-orang tertentu, mereka lebih rentan mengembangkan gangguan ini.
Biasanya mereka lebih rentan karena: mengalami trauma berulang, terluka secara fisik atau merasakan sakit, tidak ada dukungan dari orang lain, menghadapi stres tambahan di waktu bersamaan (misalnya karena masalah keuangan), atau sebelumnya sudah mengalami kecemasan atau depresi.
Apa Kata Mereka?
“Saya pernah dirampok dan sekitar setahun kemudian saya menyaksikan polisi sedang berupaya menangkap seorang berpistol di stasiun kereta bawah tanah. Pada dua peristiwa itu saya tidak terluka secara fisik—tapi di persitiwa kedua saya pikir saya akan mati dan akan melihat banyak orang lain mati.”
“Saya didiagnosis memiliki PTSD beberapa minggu sesudah kematian ayah saya yang mendadak, setelah keluarga kami pergi makan siang. Dia pingsan di depan kami dan kami harus memberikan CPR di situ sambil menunggu ambulans. Dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.”
“Saya mulai mengalami gejala PTSD setelah kematian pacar saya. Saya mengalami flashback yang sangat jelas dan bisa muncul kapanpun, dimanapun, dan itu sangat menyusahkan.”
Bagaimana Cara Mengatasi PTSD?
Menyembuhkan diri dari gangguan stres pasca-trauma atau PTSD adalah proses yang panjang, butuh waktu, dan bertahap. Itu tidak akan terjadi secara instan dan ingatan tentang trauma penyebab PTSD tidak dapat benar-benar hilang.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGSaat berupaya mengatasi PTSD mungkin Anda akan sering merasa kesulitan. Namun ada banyak cara mengatasi PTSD maupun dampak-dampaknya dan untuk mengurangi kecemasan serta rasa takut Anda. Berikut ini adalah sejumlah tips yang dapat diupayakan.
Kenali Pemicu Gejala PTSD
Anda mungkin mendapati bahwa kejadian, situasi, atau orang tertentu dapat memicu kilas balik atau gejala-gejala lain. Ini mungkin termasuk ciri khas tertentu dari peristiwa traumatis penyebab PTSD, yaitu aroma, suara, kata-kata, tempat, atau buku dan film tertentu. Beberapa orang mendapati bahwa PTSD mereka tambah parah di hari-hari tertentu, seperti di tanggal saat peristiwa traumatis itu terjadi.
Curhat pada Orang yang Bisa Dipercaya
Banyak penderita PTSD merasa sulit untuk mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Ini mungkin karena Anda merasa tidak mampu membicarakan apa yang telah terjadi pada diri Anda. Akan tetapi, Anda tidak perlu menjelaskan secara terperinci tentang trauma itu. Ceritakan saja apa yang saat ini Anda rasakan. Anda bisa curhat kepada orang tua, keluarga, atau sahabat yang bisa dipercaya dan bersedia mendengarkan tanpa menyela.
Beri Waktu pada Diri Sendiri
Setiap orang punya respons tersendiri atas trauma, jadi Anda perlu menyesuaikan diri dengan kemampuan sendiri. Contohnya, ada baiknya tidak membicarakan dulu tentang peristiwa traumatis itu sebelum Anda merasa siap. Bersabarlah kepada diri sendiri dan jangan menyalahkan diri karena tidak sanggup cepat-cepat mengatasi PTSD.
Cari Dukungan dari Orang yang Punya Pengalaman Serupa
Dukungan dari orang-orang yang punya pengalaman serupa akan sangat membantu Anda. Mungkin Anda bisa bertanya pada teman atau keluarga yang pernah mengalami kejadian traumatis yang mirip dan berhasil mengatasi trauma mereka dengan baik.
Cari Bantuan Medis
Tidak perlu takut untuk datang ke ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater untuk meminta bantuan. Memiliki gangguan stres pasca-trauma bukan berarti Anda lemah. Sama seperti sakit secara fisik butuh bantuan dokter agar sembuh, sakit secara emosional juga butuh bantuan ahlinya agar dibantu untuk pulih. Bergantung pada kebutuhan Anda, pengobatan secara medis dapat mencakup terapi bicara dan konsumsi obat-obatan.
Rawat Kesehatan Fisik Anda
Mengupayakan cara mengatasi PTSD adalah pengalaman yang melelahkan. Anda mungkin merasa tidak punya tenaga lagi untuk merawat diri, tapi sebenarnya kesehatan fisik yang baik akan sangat membantu kesehatan emosional Anda. Coba tingkatkan kesehatan Anda dengan pola makan yang baik dan bergizi seimbang, rutin berolahraga, menikmati udara dan pemandangan alam, dan menghindari alkohol atau narkotika.
Apa Kata Mereka?
“Gelombang laut tidak bisa dihentikan, tapi Anda bisa belajar berselancar di atasnya. Dalam perjalanan untuk memulihkan PTSD, saya belajar bahwa emosi datang dan pergi bagaikan gelombang-gelombang . . . yang terbaik adalah tidak melawan mereka, tapi menerima dan menyesuaikan diri dengan mereka.”
“Harapan. Selalu ada harapan. Dengan perawatan dan dukungan yang tepat, segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Sayalah bukti hidupnya.”
“Hal-hal yang membantu saya: Saya olahraga lari (yang membantu saya tidur nyenyak karena sepertinya ‘membersihkan’ kelebihan adrenalin); bicara dengan banyak teman dan saudara-saudara saya, lagi dan lagi; dan menghindari gula dan alkohol (saya dulu menjadikan mereka alasan dari perilaku tak menentu saya).”
Ayo Berjuang Hadapi Gangguan Stres Pasca-Trauma!
Gangguan stres pasca-trauma atau PTSD adalah reaksi psikologis atas pengalaman yang mengerikan, mengejutkan, atau traumatis. Pengalaman-pengalaman traumatis yang menjadi penyebab PTSD bisa jadi adalah kecelakaan mobil, pelecehan fisik maupun seksual, bencana alam, atau mengalami kekerasan. Tidak perlu sampai terlibat langsung; cukup menyaksikan atau bahkan mendengar saja bisa memicu gejala PTSD pada diri seseorang.
Hidup dengan PTSD bisa sangat membebani, menakutkan, bahkan melumpuhkan. Meski begitu para penderita PTSD dapat pulih dan kembali merasa aman, tenang, dan punya harga diri apabila melakukan cara mengatasi PTSD dan mendapat bantuan yang tepat.
Anda bisa mendapatkan bantuan medis dari seorang ahli kesehatan mental yang sudah berpengalaman menangani gangguan kecemasan yang serupa. Di samping itu, berupayalah untuk memulihkan diri dengan membuat penyesuaian-penyesuaian dan menerapkan pola hidup yang sehat. Anda butuh waktu untuk bisa menyembuhkan trauma; jangan salahkan diri jika tidak bisa cepat-cepat pulih.
Demikianlah artikel ini yang mengulas tentang gangguan stres pasca-trauma. Semoga informasi ini membantu Anda untuk lebih memahami salah satu jenis gangguan kecemasan ini. Nantikan juga informasi-informasi penting lain seputar masalah kesehatan hanya di Deherba.com.