Sebagaimana pada fungsi reproduksi dan seksual wanita, dimana pengaruh kondisi hormonal bekerja demikian signifikan. Pada pria, hormon juga berperan kuat pada fungsi reproduksi dan seksual. Bahkan secara spesifik terdapat 3 hormon yang mempengaruhi produksi sperma secara langsung.
Apa saja sebenarnya hormon yang bekerja dalam proses pembentukan sperma dan bagaimana pengaruh dari masing masing hormon akan menjadi topik utama dari pembahasan kali ini.
Termasuk pula akan dibahas sejumlah komponen hormon lain yang meski tidak secara langsung mempengaruhi kinerja produksi sperma, tetapi memiliki pengaruh terhadap fungsi reproduksi dan seksual pada pria.
Memahami Konsep Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses produksi sel sperma. Ini termasuk pula proses pematangan sperma untuk siap dilepaskan dan membuahi. Seluruh proses ini terjadi dalam testis, tepatnya pada bagian kecil berbentuk tabung bernama tubulus seminiferus. Di dalam tabung ini sel sperma awal yang berbentuk bulat mulai membentuk fasad matangnya.
Fasad matang dari sperma adalah kepala yang lonjong dengan ujung meruncing. Disertai dengan badan yang menyudut membentuk ekor memanjang. Sekilas Anda akan mengenali bentuk sel sperma matang menyerupai kecebong.
Proses pematangan dari sel sperma akan dilanjutkan pada tabung memanjang dalam testis yang dikenal sebagai epididimis. Di sini ekor dari sperma akan disempurnakan dan dimatangkan. Ekor ini berperan besar dalam membantu proses laju sperma menuju sel ovum.
Setelah sel sperma matang, sperma yang gesit akan bergerak menuju vas deferens (saluran sperma). Di sini akan masuk air semen yang berasal dari prostat. Ketika ejakulasi terjadi, cairan percampuran ini yang akan keluar dalam warna putih mutiara.
Seharusnya, saat ejakulasi terjadi percampuran cairan semen ini berada pada kisaran 2 – 5 ml. Dengan kepadatan sperma 15 juta sel sperma untuk tiap millimeter cairan semen. Disertai dengan kekentalan cairan di bawah 2 cm bila ditarik. Bila menjadi terlalu pekat dan kental, ini akan menyulitkan sperma mencapai sel ovum dengan cepat. Demikian pula bila cairan sperma menjadi terlalu cair.
Apa Hormon Yang Mempengaruhi Produksi Sperma
Sejatinya seluruh fungsi reproduksi dan seksual pada manusia memang bergantung pada fungsi hormonal. Demikian pula ketika kita bicara soal spermatogenesis. Ada sejumlah hormon yang mempengaruhi produksi sperma. Dari awal proses pembentukan sperma hingga sepenuhnya matang dan siap dilepaskan tubuh.
Setidaknya terdapat 3 macam hormon pada tubuh pria yang berkaitan dengan proses pembentukan dan pematangan sperma. Dan ketiga hormon tersebut adalah sebagai berikut.
Testosteron
Dibandingkan semua jenis hormon yang mempengaruhi produksi sperma dan seksualitas pria, mungkin testosteron termasuk yang paling banyak dikenal. Hormon ini memang sangat berperan dalam membentuk sisi maskulin (hormon Androgen) pada pria. Wanita juga sebenarnya memiliki hormon ini. Namun jumlahnya sudah tentu lebih kecil dibandingkan pada pria.
Hormon ini berperan besar dalam masa pubertas. Membentuk dan menyempurnakan organ seksual pada pria termasuk penis dan testis. Juga termasuk membentuk proses pendewasaan pada pria lain seperti pertumbuhan bulu, pembentukan otot dan postur pria hingga pembentukan suara yang lebih rendah.
Pada tubuh pria, hormon ini diproduksi dalam testis, tepatnya dalam gonads yang terdiri dari sel Leydig. Pada mereka yang telah memasuki usia dewasa, hormon testosteron bekerja sebagai salah satu pendorong libido.
Juga menjadi salah satu aspek yang menentukan respon tubuh terhadap stimulasi seksual, seperti pembesaran penis, dorongan agresivitas dan lain sebagainya. Hormon ini juga mempengaruhi kedua jenis hormon pria lain yang juga berperan dalam fungsi spermatogenesis.
Peran testosteron terbesar terletak pada libido. Karena sifatnya sebagai unsur afrodisiak alami dalam tubuh manusia. Naik dan turunnya testosteron akan sangat mempengaruhi libido seseorang. Libido sendiri yang akan mendorong seseorang mengalami ejakulasi. Ini penting karena cara ini yang akan menghantarkan sperma ke dalam rahim.
Pada proses spermatogenesis, testosteron termasuk hormon yang mempengaruhi produksi sperma. Hormon ini berperan dalam proses pematangan sperma di dalam testis. Tahapan pematangan sperma dari sel awal menjadi sperma sempurna membutuhkan stimulasi dari testosteron. Testosteron akan berperan dalam proses pembelahan dan diferensiasi sel sperma.
Sebagai hormon yang mempengaruhi produksi sperma, testosteron harus berada pada kadar yang tepat. Dalam kondisi normal kadar testosteron seharusnya berada pada kisaran 250-1100 ng/dL (nanogram per desiliter) dengan kadar rata-rata 680 ng/dL.
Bila kadar testosteron berada pada level lebih rendah atau lebih tinggi, maka potensi masalah dapat terjadi. Dan ini dapat menghambat keberhasilan proses spermatogenesis. Bagaimana gambaran ketika kadar testosteron lebih rendah atau lebih tinggi dari normal?
Kadar testosteron rendah
Dalam dunia medis, kekurangan testosteron disebut sebagai kondisi hipogonadisme. Kondisi ini tidak selalu berakibat langsung pada fertilitas, tetapi memang akan mengganggu proses spermatogenesis berjalan sempurna. Namun, mereka dengan kondisi hipogonadisme masih mungkin untuk menghasilkan sperma dengan kematangan yang baik.
Namun ini dapat mempengaruhi aspek lain yang mungkin secara tidak langsung akan mempengaruhi potensi gangguan kesuburan. Karena kekurangan testosteron mungkin akan menurunkan libido, menurunkan produksi energi pada pria, memperlambat proses ereksi juga dapat mempersingkat durasi ereksi.
Ereksi adalah cara untuk sperma dapat keluar. Dalam hal ini kemudian mencapai rahim dan menuju sel ovum (sel telur). Bila ereksi tidak berjalan sempurna maka proses masuknya sperma ke dalam rahim tentu saja akan terganggu. Maka, aka nada potensi kegagalan dalam proses pembuahan.
Kadar testosteron tinggi
Bila Anda kira kelebihan testosteron akan lebih baik untuk pria, maka Anda perlu membaca penjelasan berikut. Sebagai hormon yang mempengaruhi produksi sperma, justru kadar yang berlebihan lebih potensial mengganggu proses pematangan sperma.
Kelebihan testosteron juga justru dapat memberi efek balik dimana tubuh akan menghasilkan hormon androgen lain DHT (dihidrotestosteron). Masalahnya jenis androgen ini seharusnya tidak berada pada level berlebihan karena justru dapat memberi efek buruk pada kesehatan kulit, kebugaran, penyerapan energi dan lain sebagainya.
Kelebihan testosteron juga justru dapat mendorong tubuh menonaktifkan testis dan prostat. Hingga produksi sperma akan menurun drastis. Ini karena sinyal dalam otak menangkap kelebihan testosteron ini terjadi karena testis yang hiperaktif. Padahal, kebanyakan kasus kelebihan testosteron adalah efek dari terapi hormonal atau konsumsi hormon sintetis yang dijalankan penderitanya.
Follicle stimulating hormone (FSH)
Follicle stimulating hormone (FSH) adalah kunci utama dari berjalannya spermatogenesis. Hormon ini diproduksi dalam kelenjar pituitari dalam otak. Tepatnya pada sistem sel gonadotropik yang biasanya berperan dalam fungsi seksual dan reproduksi.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGHormon ini tidak bekerja sendiri, bekerja bersama hormon luteinizing hormone (LH), keduanya berperan dalam proses pembentukan dan pematangan sperma dalam testis. Hormon ini sebenarnya bekerja untuk mematangkan sel sertoli.
Sel sertoli merupakan elemen penting dari testis yang bersifat somatik ( bukan unsur reproduktif). Perannya besar dalam produksi sperma. Karena sel sel ini menjadi sumber energi dan sumber materi dari proses pembentukan dan pematangan sperma.
Semakin prima kondisi sel sertoli, semakin fit dan sehat sperma yang dihasilkan. Sel sertoli juga memiliki peran menarik kembali sisa sisa elemen material dari sperma yang tidak terikat pada tubuh sperma.
Tidak hanya berperan dalam produksi sperma, FSH juga berperan dalam produksi testosteron. Perannya kali ini sekaligus menjadi motor kapan produksi FSH harus ditingkatkan atau diturunkan. Karena sebagai indikator dalam menentukan produksi FSH, tubuh melihatnya dari kadar testosteron. Ketika kadar testosteron naik, diasumsikan FSH berada di angka tinggi, sehingga tubuh memerintahkan FSH untuk diturunkan. Begitu pula sebaliknya.
Ini menjadi sinyal bahwa sebenarnya peran SFH lebih kompleks. Karena selain mendorong proses pematangan sperma, hormon ini berperan pula dalam membantu menjaga stabilitas libido, siklus seksual dan lain sebagainya.
Sebagaimana testosteron, tubuh membutuhkan kadar FSH yang tepat untuk memastikan seluruh proses pembentukan sperma hingga pematangannya berjalan dengan sempurna. Untuk masa pubertas, FSH setidaknya harus berada pada kisaran 0.3 to 10.0 IU/L dan pada usia dewasa dibutuhkan kadar FSH sekitar 1.5 to 12.4 IU/L.
Bagaimana bila FSH terlalu tinggi?
Kasus kadar FSH yang berlebihan cenderung jarang terjadi. Biasanya pada pria ini berkaitan dengan gangguan pada fungsi testis. Dapat pula dikaitkan dengan gangguan pada fungsi kelenjar pituitari.
Sebagai hormon yang mempengaruhi produksi sperma, sudah tentu ini dapat mempengaruhi produksi dan pematangan sperma, karena over stimulasi. Mengakibatkan produksi sperma yang abnormal atau cacat.
Situasi ini terjadi karena stimulasi berlebihan pada testis yang akan mendorong sel sertoli menstimulasi proses pematangan sperma lebih dari seharusnya. Akibatnya sperma tidak berhasil dibentuk dengan sempurna dan cacat.
Kadang FSH berlebihan ini juga akan mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal lain. Terutama pada hormon hormon yang sifatnya sebagai motor dari libido seperti testosteron.
Bagaimana bila FSH terlalu rendah?
Dibandingkan kasus FSH yang terlalu tinggi, kasus FSH terlalu rendah justru lebih kerap terjadi. Ini bisa terjadi akibat efek usia, efek stress, kelelahan, kondisi kesehatan tertentu dan aspek aspek lain.
Sejumlah besar kasus penurunan kualitas sperma dapat dikaitkan dengan masalah FSH yang terlalu rendah. Ini karena peran hormon yang mempengaruhi produksi sperma. Kekurangan FSH akan menyebabkan sel sertoli tidak terlalu aktif. Sehingga sel awal tidak mendapat cukup stimulasi dan suplai material untuk membentuk sel sperma matang.
Secara medis, kondisi ini akan menghasilkan situasi dimana jumlah sperma dalam cairan semen tidak sesuai jumlah seharusnya, yakni dibawah 15 juta sel sperma untuk tiap millimeter cairan semen. Ini secara medis disebut sebagai oligozoospermia.
Bisa pula kondisi ini mengakibatkan sperma tidak selincah dan berkualitas sebagaimana seharusnya. Dalam dunia medis ini disebut dengan asthenozoospermia. Efek lain yang bisa terjadi akibat kekurangan FSH adalah kondisi medis teratozospermia yang ditandai dengan munculnya banyak sperma dalam kondisi cacat atau tidak sempurna.
Ketiga kondisi ini merupakan salah satu indikasi seorang pria diasumsikan memiliki masalah fertilitas. Dan meski FSH berkolerasi langsung dengan kadar testosteron, tidak selamanya pria dengan kondisi oligoasthenoteratozoospermia (OAT) juga memiliki gangguan libido atau masalah ejakulasi. Sehingga kadang kondisi ini tidak disadari oleh penderitanya, kecuali dilakukan pemeriksaan terhadap sperma mereka.
Luteinizing hormone (LH)
Ini merupakan jenis hormon yang juga diproduksi oleh kelenjar pituitari, tepatnya pada sel sel gonadotropik dalam anterior pituitari. Sebagaimana pada hormon FSH, LH adalah hormon yang mempengaruhi produksi sperma.
Hormon ini bekerja menstimulasi produksi testosteron. Tinggi rendahnya testosteron dalam tubuh salah satunya bergantung pada aktifnya sel leydig dalam testis. Dan LH memiliki peran cukup besar dalam menjaga sel leydig dalam testis bekerja aktif. Dengan menjaga sel leydig aktif, maka produksi testosteron akan terjaga.
Sebagaimana dijelaskan di atas, testosteron sendiri memiliki peran yang cukup kuat. Selain sebagai hormon yang mempengaruhi produksi sperma, testosteron juga mempengaruhi proses pematangan sperma dengan menstimulasi pembentukan unsur unsur dari sperma. Dan yang paling krusial, testosteron berperan dalam masa pubertas, pembentukan energi, postur maskulinitas hingga mengatur libido pada pria dewasa.
Bila Luteinizing Hormone terlalu rendah
Bila tubuh kekurangan LH jelas akan memberi efek berat pada kesuburan. Terutamanya pada fungsi libido tubuh, sirkulasi darah menuju penis, gangguan emosi, jerawat dan lain sebagainya.
Karena LH memiliki peran kuat dalam produksi testosteron. Dalam dunia medis, kekurangan LH diasosiasikan dengan penyakit Kallmann’s syndrome. Ini adalah jenis penyakit bawaan yang berkaitan dengan fungsi gonadotropik.
Bila Luteinizing Hormone terlalu tinggi
Bila kekurangan LH dianggap berbahaya dan dapat menurunkan libido, maka kondisi yang serupa juga dapat terjadi pada mereka dengan kondisi kelebihan LH. Karena kelebihan LH terbukti mengarah pada indikasi kerusakan fungsi pada organ testis.
Dikatakan, sebagai respon dari naiknya LH dalam tubuh, testis akan memproduksi testosteron. Dan situasi ini akan memberi efek balik pada otak untuk memberi sinyal menurunkan produksi LH. Sehingga pada mereka dengan testis disfungsi, dan produksi testosteron terganggu, maka sinyal yang diharapkan tidak akan muncul. Hingga sel sel gonad dalam pituitari akan terus menerus memproduksi LH.
Kelebihan LH akan mengganggu keseimbangan hormonal secara general di seluruh tubuh. Hingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang lebih kompleks.
Hormon hormon lain yang mempengaruhi kesuburan dan seksualitas pria
Selain ketiga hormon utama di atas, sebenarnya sejumlah hormon lain juga berperan dalam masalah kesuburan dan seksualitas pria. Hormon hormon tersebut antara lain adalah estrogen, prolactin dan Thyroid-stimulating hormone (TSH).
Yang cukup menarik, dari ketiga hormon di atas, dua di antaranya sebenarnya relatif identik sebagai hormon feminin. Namun ternyata juga memiliki peran dalam tubuh pria. Meski tentu saja, pria hanya membutuhkan kadar yang relatif kecil di sini.
Estrogen dilaporkan memiliki peran dalam pembentukan ikatan secara psikologis dan ini cukup berperan dalam membentuk libido. Estrogen juga termasuk dalam jenis hormon yang mempengaruhi produksi sperma, karena memiliki peran dalam membentuk masa periodik proses spermatogenesis.
Sedang prolactin, yang notabene adalah hormon yang mensuport wanita dalam masa menyusui juga memiliki peran yang tidak terduga dalam tubuh pria. Terutama dalam tugasnya mensuport produksi semen atau cairan mani yang nantinya akan bersatu dengan sperma dan menghantarkan sperma masuk ke dalam rahim.
Peran hormon terakhir adalah TSH. Dalam tubuh pria hormon ini bekerja dalam menjaga stamina, kebugaran dan kesehatan tubuh pria secara general. Meski tidak secara langsung bekerja sebagai hormon yang mempengaruhi produksi sperma. Faktanya kebugaran pria berperan besar dalam kesuburan dan aktivitas seksual.
Hormon adalah bagian penting dari kesuburan dan kesehatan seksual baik itu pada wanita dan pria. Ada sejumlah hormon yang mempengaruhi produksi sperma dan sel telur secara langsung. Namun sejumlah hormon bekerja mensuport kondisi tubuh untuk dapat beraktivitas seksual dengan optimal dan ternyata inipun berkaitan dengan kesuburan. Menjaga keseimbangan hormonal menjadi krusial ketika bicara soal kesuburan dan seksualitas.