Terkait dengan munculnya kasus vaksin palsu, sejumlah orang tua dibuat khawatir bagaimana langkah tepat menyikapi kondisi anak yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan vaksin. Meski sebelumnya mereka sudah menjalankan vaksin sebagaimana seharusnya, rupanya vaksin yang diterima adalah jenis vaksin palsu yang memaksa orang tua memberikan vaksin ulang untuk anak.
Masalahnya, dengan adanya fakta ini, orang tua lagi-lagi dibuat khawatir, akan keamanan pemberian vaksin ulang untuk anak di usia yang tidak lagi sesuai jadwal. Mengingat sebagian anak yang akan menjalani vaksin ulang bisa jadi saat ini sudah cukup besar, bahkan beberapa sudah tidak lagi berada dalam usia balita. Bagaimana seharusnya pemberian vaksin ulang untuk anak dengan kondisi yang seperti demikian?
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Aman Pulungan, SpA, sejumlah riset sudah membuktikan pemberian vaksin ulang untuk anak sepenuhnya aman. Diakui pemberian vaksin memang sudah diatur dengan interval yang telah disesuaikan dengan usia bayi dan perkembangan sistem imunitas bayi.
Namun bila memang harus dijalankan di luar jadwal yang sudah diatur sebagaimana mestinya, tidak akan ada efek samping mengkhawatirkan untuk anak Anda. Hanya saja Anda tetap perlu memahami interval dan aturan vaksin palsu untuk anak yang tepat. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa aturan pemberian vaksin ulang untuk anak pada jenis vaksin dasar yang biasa diberikan pada anak.
Vaksin DPT
Menurut keterangan dari Depkes, sebagian besar kasus vaksin palsu berkaitan dengan pemberian vaksin DPT. Di beberapa rumah sakit, pemberian DPT disubstitusi dengan jenis vaksin lain bernama Pediacel. Pediacel merupakan jenis vaksin impor yang berisi kombinasi vaksin penangkal penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, dan HiB.
Tingginya harga jenis vaksin ini membuat pelaku vaksin palsu tertarik memalsukan jenis Pediacel. Dan inilah yang kemudian menyebabkan banyak anak yang mendapatkan vaksin palsu harus mengulang vaksin DPT, Polio, dan HiB.
Dan berikut ini adalah aturan pemberian vaksin ulang untuk anak khusus jenis vaksin DPT:
-
Usia di bawah 1 tahun
Tetap berikan vaksin sebagaimana mestinya dengan interval antar vaksin 1 bulan sebanyak 3 kali pemberian.
-
Usia 1 – 7 tahun
Tetap berikan vaksin ulang sebanyak 3 kali, interval antara vaksin pertama dengan kedua sebanyak 2 bulan dan beri jarak kembali sebanyak 6 bulan untuk vaksin ketiga.
-
Usia 7 – 18 tahun
Tetap berikan vaksin ulang namun dengan jenis vaksin Td, karena ini adalah formula yang tepat untuk usia ini. Td adalah vaksin untuk jenis menangkal penyakit Tetanus dan Difteri. Pemberian dilakukan sebanyak 4 kali dengan jarak antara vaksin pertama dan kedua sebanyak 2 bulan, kemudian jarak antara vaksin kedua dan ketiga sebanyak 6 bulan dan terakhir dengan vaksin keempat sejauh 12 bulan.
Vaksin Polio
Untuk anak yang terpaksa mengalami penundaan vaksin polio, Anda tidak perlu melakukan pengulangan sebagaimana pada DPT. Yang perlu Anda lakukan hanya cukup melanjutkan vaksin sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
Berdasarkan informasi Depkes, polio seharusnya dilakukan dalam bentuk suntik atau oral dengan aturan waktu lahir, usia 2, 4, 6 dan 18 bulan. Kemudian diberikan berikan kembali dalam bentuk suntik pada usia 6 – 8 tahun.
Vaksin HiB
HiB sebenarnya vaksin untuk menangkal serangan penyakit Haemophillus Influenzae B. Bila anak mengalami keterlambatan vaksin sebelum usia 1 tahun, Anda hanya perlu mengikuti aturan pemberian vaksin sebagaimana harusnya, yakni pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Atau dengan aturan interval 2 bulan untuk 3 kali pemberian.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGNamun pada anak berusia 1 – 5 tahun cukup berikan 1 kali saja tanpa perlu pengulangan vaksin. Dan anak tidak lagi perlu pemberian vaksin HiB ulang bila akan sudah berusia di atas 5 tahun karena, anak sebenarnya hanya membutuhkan vaksin ini pada rentang usia 1 – 5 tahun saja.
Vaksin Campak
Vaksin campak diberikan pada anak diusia 9 bulan. Menurut aturan standar, memang rentang terbaik memberikan vaksin dapat diberikan pada usia 9 – 12 bulan. Artinya selama masih di bawah usia 1 tahun, anak Anda masih aman mendapatkan vaksin.
Bila anak sudah berusia di atas 1tahun, Anda bisa lewatkan pemberian vaksin ini bila Anda sudah berencana memberikan buah hati Anda vaksin MMR. Namun bila tidak, secepatnya Anda bisa berikan vaksin Campak selama anak masih berada di bawah usia 7 tahun kecuali si kecil sudah mendapatkan serangan campak sebelum vaksin diberikan.
Vaksin BCG
Karena keterbatasan daya tahan tubuh pada bayi, titik terdini untuk memberikan vaksin BCG berada pada usia 2 – 3 bulan. Ini karena vaksin ini berisi virus tubercolosis yang sangat berbahaya bagi anak, maka dilarang memberikan vaksin ini sebelum usia 2 bulan dengan pertimbangan daya tahan bayi yang belum siap.
Vaksin BCG diberikan sedini mungkin demi mencegah bayi terinfeksi virus mematikan ini. Dan karenanya bila vaksin harus dilakukan di usia lebih dari 3 bulan, bayi harus menjalankan sejumlah test darah terlebih dulu demi bisa memastikan bayi masih terbebas dari infeksi virus tubercolosis.
Vaksin Hepatitis B
Vaksin ini termasuk salah satu jenis vaksin yang harus diberikan pada anak sedini mungkin. Bahkan vaksin pertamanya diberikan pada saat bayi baru saja dilahirkan. Kemudian diberikan setelah 4 minggu pasca vaksin pertama, dan vaksin ketiga berjarak antar 2 – 5 bulan dari vaksin kedua.
Bila terjadi keterlambatan, vaksin dapat diberikan secepatnya sebanyak 3 kali dengan interval antar vaksin 1 – 2 bulan tergantung kondisi anak. Karena pada dasarnya anak membutuhkan vaksin hepatitis B ulang setelah rentang jarak 10 tahun. Anak tidak memerlukan test hepatitis B kecuali anak memiliki interaksi tinggi dengan pengidap hepatitis B.
Itulah sejumlah prosedur untuk memberikan vaksin ulang untuk anak. Kini Anda tidak perlu lagi khawatir bila terpaksa si kecil menjalani sejumlah vaksin ulang untuk anak atau memberikan vaksin susulan karena keterlambatan pemberian vaksin untuk anak. Selama diberikan dalam interval dan aturan yang tepat, anak tidak akan mengalami risiko yang Anda khawatirkan.