Edukasi seputar kanker memang belum optimal di Indonesia. Banyak orang di Indonesia tidak mendapatkan cukup informasi memadai mengenai kanker, termasuk kanker serviks. Ini membuat banyak orang harus berhadapan dengan banyak informasi yang sebenarnya menyesatkan.
Mitos kanker serviks memang terbilang cukup banyak beredar di masyarakat, terutama bila dibandingkan dengan sejumlah rumor dan mitos seputar jenis kanker lain. Ini karena kanker serviks tergolong sebagai salah satu penyakit kanker yang paling banyak membunuh di Indonesia. Saat ini dikatakan bahwa setidaknya setiap 1 jam, 1 orang wanita meninggal karena kanker serviks.
Karenanya pada kesempatan ini mari kita menilik sejumlah mitos yang bermunculan di masyarakat seputar penyakit kanker serviks. Apa saja mitos kanker serviks yang benar dan manakah yang sebenarnya tak lebih dari sekadar kabar burung.
• Ketika Anda terinfeksi HPV, Anda terkena kanker
Faktanya, menurut providence.org, tidak semua infeksi HPV mengarah pada kanker. Virus HPV sendiri bisa menyerang siapa saja dan lebih dari 85% orang pernah setidaknya 1 kali terinfeksi virus ini. Dan jenis dari HPV sendiri meliputi lebih dari 100 jenis, dan hanya beberapa di antaranya saja yang menyebabkan kanker serviks dan kanker lainnya.
Sebagian besar infeksi HPV bisa diatasi tubuh dengan sendirinya. Hanya pada jenis infeksi HPV tertentu disertai dengan kondisi tubuh yang sistem kekebalan tubuhnya sedang melemahi, maka HPV memiliki kesempatan untuk merusak sel lebih lanjut dan memicu kondisi pra kanker.
• Sulit mencegah kanker serviks
Faktanya, kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mudah dicegah dibandingkan jenis kanker lain. Ada dua prosedur sederhana yang bisa Anda tempuh untuk mencegah kanker serviks.
Prosedur pertama adalah dengan menjalankan vaksin HPV. Vaksin ini mengandung senyawa kimia protein tertentu yang biasa terdapat dalam HPV, untuk mendorong tubuh mengenali protein bersangkutan dan membentuk reaksi imunitas. Prosedur yang paling direkomendasikan diberikan pada anak-anak usia 9 sampai 15 tahun ini akan membantu tubuh membentuk pertahanan alami melawan HPV penyebab kanker.
Prosedur kedua yaitu dengan melakukan pemeriksaan khusus berupa Pap smear. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel sel dan cairan pada area serviks untuk melihat karakter sel yang ada. Dari tes ini akan terlihat apakah ada kandungan HPV di area serviks atau perkembangan sel abnormal yang bisa segera diatasi sebelum berkembang menjadi sel kanker.
• Pap smear harus Anda lakukan setiap tahun
Faktanya, menurut sumber The American Cancer Society, Pap smear hanya perlu Anda lakukan dengan jangka waktu 3 tahun sekali setelah menginjak usia subur, yakni antara usia 20 tahun sampai usia 55 tahun. Justru beberapa pakar melihat adanya kemungkinan efek samping bila Pap smear dilakukan berlebihan.
• Pap smear sama dengan IVA
Faktanya, kedua prosedur pemeriksaan ini berbeda cara meski bertujuan sama. IVA singkatan dari Inspeksi Visual Asam asetat. IVA dilakukan pada area serviks menggunakan cairan asam asetat untuk melihat reaksinya.
Hasil reaksinya ini menjadi patokan bahwa ada keberadaan HPV dan perkembangan sel abnormal. Ini berbeda dengan prosedur Pap smear yang dilakukan dengan metode sitologi atau persel. Hasilnya tentu saja lebih akurat Pap smear. Pada umumnya prosedur IVA dilakukan sebagai prosedur darurat jika Pap smear tidak dapat dilakukan di suatu daerah karena keterbatasan peralatan.
• Selama tidak ada faktor keturunan, Anda bebas kanker serviks
Faktanya, memang kebanyakan kanker berkaitan dengan masalah genetik. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap kanker tertentu, maka risiko Anda pun jadi lebih tinggi. Tetapi hal ini tidak begitu berlaku pada kasus kanker serviks.
Faktor penyebab kanker serviks didominasi oleh terbentuknya infeksi HPV. Dalam sgh.com.sg disebutkan tidak ditemukan kaitan jelas antara kanker serviks dengan faktor keturunan kanker dalam keluarga Anda. Banyak kasus kanker serviks terjadi meskipun tidak ada anggota keluarga atau kerabat pasien yang pernah mengidap kanker serviks.
• Kalau tidak ada keluhan dengan organ seks, berarti Anda aman
Faktanya, beberapa gejala dari infeksi HPV juga pembentukan pra kanker pada organ serviks sama sekali tidak mudah dikenali. Pasien kanker serviks stadium awal kerap kali tidak menyadari adanya masalah karena tidak terasa gejala yang signifikan. Anda bisa jadi tidak mengeluhkan masalah apa pun, tetapi tidak berarti Anda bebas risiko.
Sekalipun Anda merasa fungsi seksual dan genital terasa baik-baik saja, tapi tetap disarankan untuk melakukan Pap smear. Bagaimana pun ini adalah cara terbaik memonitor kesehatan fungsi genital Anda terlepas dari adanya keluhan atau tidak.
• Usia Anda sudah 40 tahun dan tak perlu lagi Pap smear
Faktanya, selama Anda masih aktif secara seksual, maka masih ada kemungkinan Anda terinfeksi HPV. Dalam laman uofmhealth.org, dikatakan wanita berusia 65 tahun pun masih disarankan untuk menjalankan Pap smear bila mereka masih aktif secara seksual.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANG• Kanker serviks akibat aktivitas seksual yang tidak sehat
Faktanya, tidak ada hubungan kuat antara kanker serviks dan penularan HPV dengan kegiatan seksual tidak sehat. Mereka yang setia hanya dengan satu pasangan juga bisa berisiko mengalami infeksi HPV.
Hanya saja memang mereka dengan kecenderungan seksual menyimpang, seperti aktif melakukan seks anal, cenderung lebih rentan mengalami infeksi HPV, terutama infeksi pada penis. Mereka yang melakukan aktivitas oral seks bisa mengalami penularan HPV pada batang tenggorokan dan tonsil. Bahkan jenis HPV tertentu bisa menular dari kulit atau karena berenang di air tidak bersih.
• Hasil Pap smear positif artinya Anda terkena kanker serviks
Faktanya, Pap smear positif lebih merupakan sebagai tanda bahwa ada perkembangan organisme tidak normal dan perkembangan sel abnormal pada area serviks Anda. Meski bisa berarti kanker, sel abnormal bukan selalu berarti kanker.
Sejumlah jenis sel abnormal bisa dikembalikan menjadi normal atau dimatikan untuk kemudian diganti dengan sel sehat melalui mekanisme regenerasi sel. Virus yang ditemukan juga bisa dinonaktifkan sehingga tidak ada kesempatan baginya untuk menyebabkan infeksi atau kerusakan sel.
• Kanker serviks mudah kembali menyerang
Faktanya, kanker serviks yang terdeteksi dini sebenarnya tak cukup mudah untuk muncul kembali. Pengobatan dan tindakan pengangkatan jaringan kanker yang ada sudah cukup efektif mengatasi serangan. Dan banyak pasien kanker serviks yang menunjukkan kemampuan bertahan hidup yang tinggi.
Menurut uofmhealth.org, jika seorang pasien kanker serviks mampu bertahan selama 5 tahun dan tidak kembali mengalami serangan ulang pasca penyembuhan, besar kemungkinan mereka tidak akan mengalami serangan ulang kembali di masa depan.
• Begitu menderita kanker serviks, Anda harus mengangkat serviks Anda
Faktanya, prosedur untuk mengatasi kanker serviks terbilang sangat beragam. Sebut saja prosedur cyroterapi, cone biopsi, dan radikal trachelektomi dimana hanya area permukaan liang serviks saja yang diangkat.
Beberapa prosedur tersebut tidak akan membuat Anda kehilangan serviks. Itu artinya, Anda masih mungkin untuk hamil. Meski diakui prosedur ini memang lebih direkomendasikan pada kasus kanker stadium awal 1 dan 2, sewaktu sel kanker belum menyebar lebih luas.
• Mereka yang menjalankan histerektomi akan mengalami menopause
Faktanya, menopause sebenarnya tidak berkaitan dengan serviks, melainkan dengan ovarium dan rahim. Serviks sendiri hanya bekerja sebagai pintu masuk menuju area rahim atau uterus. Tidak ada kaitan langsung dengan fungsi pembuahan.
Jadi karena histerektomi hanya bekerja mengangkat area serviks, maka normalnya tidak ada pengaruhnya terhadap fungsi pembuahan, pembentukan telur, dan kinerja rahim, termasuk fungsi menstruasi.
Bilapun pasca histerektomi pasien mengalami menopause, besar kemungkinan itu adalah pengaruh dari terapi radiasi yang diberikan seiring dengan prosedur histerektomi. Radiasi bisa memicu kerusakan sel pada ovarium atau uterus yang kemudian memicu tidak berfungsinya sistem pembuahan.
• Terapi penggantian hormon berkaitan dengan kanker serviks
Faktanya, menurut uofmhealth.org, tidak ada kaitan antara masalah hormonal dengan kondisi serviks. Ini berbeda dengan masalah payudara atau ovarium yang memiliki kaitan dengan keseimbangan hormonal, serta adanya pengaruh hormonal terhadap pertumbuhan sel abnormal.
Fungsi serviks sepenuhnya bekerja secara mandiri dan tidak bergantung pada rahim atau ovarium, juga dengan fungsi hormonal. Bilapun pasien mengalami keluhan keputihan, ini adalah reaksi vagina yang juga memiliki kelenjar lendir yang mungkin bereaksi terhadap perkembangan organisme dan peradangan dalam serviks.
Itulah sejumlah informasi yang banyak tersebar di masyarakat seputar kanker serviks. Sejumlah informasi tak lebih dari sekadar mitos kanker serviks yang perlu kita luruskan. Pemahaman yang lebih baik akan membantu Anda lebih efektif dalam mencegah dan mengatasi kanker serviks.