Anda mungkin sama seperti kebanyakan orang lainnya, tidak terlalu suka kunjungan ke dokter. Tetapi bagi beberapa orang, kecemasan yang mereka rasakan begitu kuatnya sampai-sampai mereka benar-benar takut pergi ke dokter dan menghindari pegi ke tempat apapun yang berhubungan dengan pemeriksaan kesehatan.
Dibalik Ketakutan Tersebut
David Yusko, direktur klinis di Pusat Pengobatan dan Studi Gangguan Kecemasan di University of Pennsylvania, merawat pasien yang memiliki iatrophobia—istilah medis untuk fobia dokter. Ia mengungkapkan bahwa fobia ini kemungkinan dimiliki oleh sekitar 3 persen dari populasi manusia. Orang-orang yang menderita fobia ini dapat dihilangkan fobianya sedikit demi sedikit dengan bantuan terapi.
Meski begitu, ketakutan terbesar bagi banyak orang masih belum diketahui. Fobia terhadap jarum suntik serta fobia dengan darah juga umum dialami orang-orang yang mengaku takut pergi ke dokter. Seringkali mereka merasakan ketakutan yang berlebihan akibat membayangkan akan mengalami rasa sakit yang hebat selama berjam-jam.
Orang-orang ini tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri mereka setelah melangkah masuk ke ruang periksa dokter. Biasanya, orang-orang yang tidak tahu apa-apa ini mengisi pikiran mereka dengan pikiran buruk seperti: ‘Saya akan terluka.’ ‘Saya akan diperlakukan kasar.’ ‘Saya akan didiagnosis menderita penyakit mengerikan.’ Ini adalah wujud dari ketakuran atas rasa sakit, berita buruk, kanker, dan rumah sakit.
Pernah dilakukan sebuah survei di Amerika Serikat oleh lembaga American Academy of Family Physician yang mengungkapkan bahwa 55 persen pria Amerika Serikat enggan menemui dokter mereka dalam waktu setahun terakhir. Bahkan mereka dengan sengaja mengabaikan gejala-gejala sakit yang sudah tampak jelas—misalnya darah di urin dan tonjolan menyerupai tumor di testis yang terus membesar—hanya karena mereka takut pergi ke dokter.
Di Indonesia memang belum pernah diadakan survei semacam itu, tetapi tampaknya kebanyakan orang Indonesia baru berkeinginan mengunjungi dokter saat penyakit yang dideritanya sudah parah. Dan, sayangnya, banyak orang yang nyawanya tidak terselamatkan lagi akibat menunda pemeriksaan ke dokter.
Ada banyak alasan kenapa orang-orang enggan atau takut pergi ke dokter. Tetapi ada lebih banyak alasan yang masuk akal mengapa Anda perlu memeriksakan diri ke dokter, sekalipun Anda merasa baik-baik saja.
Alasan Tidak Mau Periksa, tapi Kenapa Anda Tetap Harus ke Dokter?
“Saya Merasa Sehat, Tidak Usah Pergi ke Dokter.”
Perlu diketahui, banyak penderita serangan jantung yang tidak merasakan gejala-gejala berat apapun sebelum ia tiba-tiba mendapat serangan jantung. Seorang pria sering kali menunda kunjungan ke dokter karena merasa gejala yang dialaminya biasa saja dan bisa diabaikan begitu saja.
Jadi, apabila Anda atau keluarga terdekat Anda punya riwayat sakit jantung atau penyakit kronis apapun, ada baiknya untuk melakukan pengecekan medis secara rutin. Carilah dokter yang dirasa cocok dan nyaman untuk diajak bekerja sama supaya Anda tidak enggan harus sering-sering mengunjunginya.
“Nanti Juga Hilang Sendiri Sakitnya.”
Memang, gejala-gejala sakit ringan seperti flu dan pilek biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Tetapi berhati-hatilah jika gejala-gejala ringan tersebut terus bertambah parah atau tidak kunjung sembuh sampai berminggu-minggu. Karena bisa jadi itu menjadi pertanda adanya penyakit infeksi saluran pernapasan atas yang lebih parah, seperti pneumonia atau bronkitis.
Ada juga gejala penyakit serius yang tampaknya sama sekali tidak berbahaya. Contohnya adalah kanker kulit melanoma. Gejala kanker kulit melanoma awalnya mungkin tampak seperti tahi lalat yang tidak berbahaya. Tetapi jangan salah, tahi lalat yang tampak biasa tadi bisa jadi awal dari penyakit kanker kulit akibat mutasi sel-sel penghasil pigmen yang sudah membunuh hampir 8.000 jiwa setiap tahunnya! Jadi waspadailah tahi lalat yang tiba-tiba muncul atau bentuknya mencurigakan.
Intinya, jangan beranggapan gejala-gejala sakit yang Anda alami semuanya sepele. Dan segera periksakan diri ke dokter apabila Anda sudah merasa gejala tersebut semakin parah atau tidak kunjung sembuh.
“Aduh… Saya Malu Diperiksa Dokter.”
Tidak sedikit pria yang berpikir bahwa pemeriksaan prostat melibatkan tes-tes yang cukup memalukan. Dan tidak sedikit juga wanita yang tidak berani membayangkan pemeriksaan serviks yang dianggap memalukan. Memang adakalanya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi mengharuskan diadakannya pemeriksaan melalui organ intim.
Dan bagi banyak orang ini tentunya pengalaman yang sangat memalukan. Tetapi cobalah berpikir jauh ke depan, karena mungkin tes-tes semacam inilah yang bisa menyelamatkan kehidupan Anda. Untuk mengurangi rasa malu, pilihlah dokter yang sama-sama pria atau sama-sama wanita.
Selain alasan-alasan diatas, ada juga yang berpikir sanggup menangani sendiri penyakit yang dideritanya. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan, apalagi jika Anda tidak punya pengetahuan apapun mengenai sakit yang diderita. Banyak akibat fatal yang harus dialami oleh pengidap penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan penyakit berat lainnya karena mereka berani mencoba pengobatan alternatif atau membeli obat resep tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Ada juga yang menggunakan resep dokter untuk menebus obat, tetapi yang ia pakai adalah resep untuk orang lain yang penyakitnya sama. Tindakan ini tentu saja salah dan membahayakan diri sendiri. Resep obat dari dokter seringkali didasarkan atas pertimbangan usia, berat badan, alergi, riwayat kesehatan, dan pertimbangan lainnya yang tentunya tidak sama bagi setiap orang meski penyakitnya sama.
Tanamkanlah dalam pikiran Anda bahwa tujuan pergi ke dokter adalah supaya penyakit yang diderita tidak bertambah parah dan bisa disembuhkan. Dan jika belum bisa percaya dengan diagnosis dokter, Anda bisa mencari informasi tambahan dari sumber-sumber yang terpercaya atau mencari referensi dokter lain.