Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi risiko Anda terkena rematik artritis—atau memicu kekambuhan gejala rematik apabila Anda sudah terlanjur menderitanya. Meskipun risiko rematik bisa ditekan dengan obat-obatan, namun adakalanya seseorang juga perlu berpantangan atau menghindari berbagai faktor pemicu rematik artritis.
- Merokok—kebiasaan buruk yang jadi favorit banyak orang ini jelas-jelas memiliki dampak besar menyebabkan tubuh rentah terkena rematik dan meningkatkan risiko kekambuhan. Selain itu, penderita rematik yang bukan perokok mengalami gejala yang lebih ringan daripada penderita rematik yang perokok aktif.
- Kopi—hubungan antara kopi atau teh dengan rematik artritis memang masih belum jelas. Namun riset telah memperlihatkan bahwa minum kopi dekafeinasi sebanyak 4 cangkir atau lebih dalam sehari dapat meningkatkan risiko rematik artritis. Kopi juga membuat beberapa jenis obat rematik jadi kurang efektif.
- Cuaca—tampaknya ada kaitan tersendiri antara cuaca dengan gejala rematik. Perubahan tekanan dan temperatur barometer bisa jadi berdampak besar menimbulkan gejala-gejala rematik. Perubahan iklim pun cenderung memperburuk gejala yang ada dan pasien rematik mungkin akan merasa lebih baik jika cuaca lebih konsisten.
- Alergi musiman—sama seperti faktor pemicu rematik yang lainnya, dampak alergi musiman pada rematik berbeda-beda pada tiap orangnya. Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa penderita rematik cenderung mengalami demam. Dan orang-orang yang memiliki alergi musiman sekaligus rematik biasanya mengalami gejala rematik yang lebih ringan. Dugaan yang ada ialah obat alergi dapat membantu pengobatan rematik.
- Alkohol—dalam sebuah studi belakangan ini yang dimuat di jurnal Rheumatology, sekitar 1800 orang penderita rematik diwawancarai seputar kebiasaan minum alkoholnya. Orang yang minum setidaknya 2 gelas dalam seminggu memiliki risiko rematik yang lebih rendah daripada yang tidak minum. Juga, pasien rematik yang minum alkohol cenderung mengalami gejala yang lebih ringan.
- Vitamin D—kekurangan vitamin D telah dikatikan dengan penyakit autoimun (salah satunya rematik). Vitamin D memiliki banyak dampak imunitas dan metabolisme serta sangat penting untuk kesehatan tulang.
- Kehamilan—Beberapa orang mengalami peningkatan gejala rematik di masa kehamilan. Ini bisa jadi karena sistem kekebalan tubuh melemah pada masa kehamilan sehingga seorang wanita bisa merasakan nyeri yang lebih sakit dari biasanya.
- Hormon—suatu penelitian tahun 2004 menemukan bahwa wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur memiliki risiko rematik yang lebih besar. Menstruasi yang tidak teratur biasanya karena ketidakstabilan hormon estrogen, dan hal inilah yang mungkin menyebabkan gejala rematik semakin buruk.
Di antara faktor-faktor pemicu rematik artritis, ada yang bisa Anda hindari. Misalnya dengan menghindari meminum kopi dan merokok, mungkin Anda tidak harus mengalami gejala nyeri rematik yang parah.