Penyakit hepatitis D adalah bentuk lain dari beragam tipe penyakit hepatitis yang menginfeksi organ hati manusia. Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis D atau lebih dikenal dengan sebutan virus delta.
Penyakit hepatitis D ini kebanyakan terdiagnosa di kawasan Asia Tengah, Afrika, Amerika Selatan, Rusia, kepulauan di kawasan Pasifik, dan kawasan mediterania.
Alasan Penyakit Hepatitis D Berbeda
Di Indonesia sendiri kasus hepatitis D tergolong rendah. Berdasar telaah World Journal Gastroenterology tahun 2010 dijelaskan bahwa di Indonesia tingkat temuan dari hepatitis D termasuk rendah dan tidak menjadi kasus mayor yang banyak dikhawatirkan.
Virus hepatitis D ini sangat unik, karena baru dapat menular pada seseorang apabila pasien sudah sebelumnya terinfeksi penyakit hepatitis B. Ini karena Ada ketergantungan dari virus hepatitis D terhadap virus hepatitis B.
Kondisi tersebutlah yang menjadikan penyakit hepatitis D berbeda, lebih mematikan dan lebih sulit pula untuk diatasi. Tingkat kematian untuk penyakit hepatitis D ini tertinggi dibandingkan jenis penyakit hepatitis lain.
Menurut data Stanford University, penyakit hepatitis D memiliki tingkat kematian di atas 20% dalam jangka pendek dan memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari 50% setelah masa 5 – 10 tahun. Pada periode 5 – 10 tahun tingkat resiko terbentuknya sirosis hati dan kanker hati mencapai 80%.
Penyakit Hepatitis D perlu Diwaspadai
Penyakit hepatitis D terbilang lebih mematikan dari jenis hepatitis lain. Ini karena sifat virus yang lebih agresif dengan kemampuan proteksi diri yang lebih baik. Ini berkaitan dengan pola serangan yang khusus hanya menular pada pasien hepatitis B.
Kondisi tersebut menyebabkan terjadi sinergi antara dua virus hepatitis yang merusak fungsi hati bersamaan. Pasien yang sebelumnya sudah mengalami penurunan kondisi akibat penyakit hepatitis B akan semakin memburuk akibat hepatitis D.
Kematian akibat hepatitis D sendiri bisa disebabkan oleh menurunnya kondisi pasien atau akibat efek kerusakan hati itu sendiri. Sebagaimana dipahami hati memiliki fungsi krusial dalam menetralisir toksin dan metabolisme.
Pada jangka lebih dari 5 tahun serangan masif dua virus ini menyebabkan kerusakan hati yang memicu munculnya sirosis hati dan kanker hati. Kedua kondisi tersebut memiliki tingkat kematian tinggi.
Yang juga menyulitkan dari penyakit hepatitis D ini adalah belum adanya pengobatan hepatitis yang dapat bekerja menyembuhkan dengan total. Sampai saat ini belum ditemukan antiviral yang memiliki kemampuan memadai untuk membantu mengatasi mematikan atau membuat virus hepatitis D pasif.
Pengobatan hepatitis D lebih menekankan pada terapi penghambat serangan. Hingga bekerja untuk membantu menunda dan menghambat intensitas kerusakan pada hati. Tetapi tidak untuk mengakibatkan efek pelemahan bekerja terhadap  virus.
Masalah lain adalah karena sulitnya pasien menyadari keberadaan dari penyakit hepatitis D. Sementara pasien sudah terinfeksi hepatitis B sebelumnya, tentu akan sulit bagi pasien memahami akan munculnya virus baru pada hati bila juga menunjukan gejala yang serupa.
Ini menyebabkan kematian pada kasus hepatitis D tinggi. karena pada umumnya pasien cenderung sangat terlambat terdiagnosa terinfeksi hepatitis D.
Jenis Penyakit Hepatitis D
Jenis dari penyakit hepatitis D sendiri dikategorikan berdasar proses penularan dari hepatitis D itu sendiri. Berkaitan dengan penyebab hepatitis D ini masuk ke dalam tubuh pasien.
Hepatitis D co infection
Jenis infeksi ini terjadi ketika virus Hepatitis B yang menyerang pasien juga sudah membawa virus hepatitis D sebagai parasitnya. Sehingga pasien sekaligus akan mengalami dua infeksi hepatitis dalam satu kesempatan. Kecepatan perkembangan penyakit ini sangat cepat dan sangat mematikan.
Hepatitis D superinfectionÂ
Jenis infeksi hepatitis ini terjadi ketika pasien yang sudah terinfeksi penyakit hepatitis B kemudian virus HBV mengalami serangan parasit virus delta. Akibatnya pasien hepatitis B akan terserang hepatitis D. Pasien akan mengalami perkembangan penyakit yang lebih lambat akibat jenis infeksi ini.
Sinergi serangan virus hepatitis B dan D menyebabkan penurunan fungsi hati yang berat dan menyebabkan pasien mengalami masalah metabolisme dan kelebihan toksin yang serius.
Penyebab Penyakit Hepatitis D
Penyebab hepatitis D adalah virus delta atau disebut juga virus hepatitis D. Virus ini dengan mudah menular dengan perantara darah dan cairan tubuh lain. Virus ini akan masuk ke dalam tubuh ketika seseorang yang terkontak dengan darah dari penderita penyakit hepatitis D.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGSelain pada darah, virus ini dapat hidup pada cairan tubuh pasien penyakit hepatitis D seperti dari urin, semen, cairan vagina, mukus dari hidung dan melalui proses kehamilan dan persalinan.
Kaitan Penyakit Hepatitis D dan Hepatitis B
Dalam lama Pan American Health Organization dijelaskan bahwa virus hepatitis D membutuhkan virus hepatitis B untuk membantu proses pembelahan diri dan penyebarannya.
Virus hepatitis D adalah parasit dari virus hepatitis B. HDV tidak memiliki selubung protein mandiri dan menarik selubung protein dari virus hepatitis B untuk bertahan hidup. Tanpa peran dari virus hepatitis B, virus hepatitis D tidak dapat bertahan hidup, membentuk sel-sel baru dan melakukan invasi.
Fakta bahwa virus hepatitis D hanya dapat hidup bersama virus hepatitis B, menjadi penyebab hepatitis D cenderung sulit diatasi. Sistem pertahanan dari virus sendiri bekerja ganda, yakni dari dalam tubuhnya sendiri dan dari proses penarikan komponen protein dari virus hepatitis B.
Karena penyerangan terjadi oleh dua virus hepatitis, agresivitas virus  menjadi lebih masif dan menyebabkan turunnya kondisi pasien dengan lebih cepat dan akut. Akibatnya pengobatan hepatitis biasa tak cukup cepat menghambat perkembangan penyakit.
Yang menjadi penyebab hepatitis D berbeda adalah kaitannya dengan hepatitis B. Menurut Children’s Hospital of Philadelphia, setidaknya 5% dari kasus hepatitis B dapat berkembang menjadi hepatitis D.
Gejala Penyakit Hepatitis D
Gejala yang dialami oleh pasien penyakit hepatitis D sebenarnya sulit untuk diidentifikasi. Karena pasien sebelumnya sudah mengidap hepatitis B sehingga tentu saja sudah menunjukan gejala penurunan fungsi hati.
Sebagaimana kebanyakan keluhan infeksi hati lain, Pasien akan mengeluhkan rasa mudah linu, mudah lelah dan lemas. Pasien juga akan mengeluhkan rasa nyeri di perut kanan atas, mual, kehilangan selera makan, kadang juga disertai demam.
Gejala khas lain adalah keluhan jaundis, yakni kondisi ketika seluruh permukaan kulit hingga bola mata tampak kekuningan. Warna kuning pada pasien hepatitis D cenderung kuat akibat kecepatan penyakit yang lebih tinggi dari jenis hepatitis lain.
Karena sebelum terinfeksi virus hepatitis D, pasien sudah menunjukan gejala kerusakan hati. Maka ketika pasien juga terserang hepatitis D, maka kondisi pasien akan sangat drop.
Biasanya paramedis akan menaruh kecurigaan ketika kondisi pasien semakin drop dalam jangka waktu lebih singkat. Ada kemungkinan pasien juga mengalami masalah hepatitis D.
Pengobatan Penyakit Hepatitis D
Belum ada metode pengobatan hepatitis D yang cukup mampu menyembuhkan hepatitis D dengan optimal. sifat virus yang lebih kuat membuat terapi antiviral yang lazim diberikan untuk pasien hepatitis tak cukup kuat melumpuhkannya.
Pada umumnya, terapi pengobatan hepatitis D bekerja untuk menunda dan menghambat efek kerusakan, tetapi tidak cukup efektif untuk membunuh virus.
Biasanya, pasien akan menjalankan terapi interferon dalam dosis cukup besar selama sekitar 1 tahun. Interferon sendiri adalah sejenis senyawa protein yang akan bekerja sistem kerja virus.
Pada kasus hepatitis B, antiviral ini cukup efektif membantu melumpuhkan virus Hepatitis B. Tetapi, anti viral ini sendiri tak banyak bisa memberi pengaruh terhadap virus hepatitis D.
Terapi Alternatif Penyakit Hepatitis D
Belakangan muncul terapi antiviral lain yang dianggap lebih efektif melemahkan virus hepatitis B dan D sekaligus. Jenis lonafarnib ini adalah antiviral yang menyerang komponen protein dari sistem pertahanan kedua jenis virus.
Jenis anti viral ini dikatakan merupakan perkembangan dari sistem kerja terapi kanker. Sebagaimana dijelaskan dalam laman Clinical trials National Library of Healths tahun 2016.
Meski tidak dapat mematikan virus, kinerja anti viral ini akan cukup mampu membantu melemahkan serangan dan membantu membuat virus menjadi pasif. Tetapi sifat pasif ini tidak dapat bertahan lama.
Tubuh pasien yang lemah akan memudahkan virus kembali aktif. Pasien yang bisa bertahan dengan virus delta disarankan menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya dengan ketat untuk mempertahankan kondisi pasif virus.
Terapi alternatif yang banyak disarankan adalah dengan pengangkatan dan transplantasi hati. Cara ini dianggap akan membantu pasien memiliki hati yang lebih sehat. Biasanya langkah ini dilakukan pada kasus hepatitis D yang telah disertai kasus sirosis hati.
Terapi Tradisional Penyakit Hepatitis D
Sebagaimana terapi medis untuk pengobatan hepatitis D, terapi tradisional untuk penyakit ini juga sejauh ini belum memberi manfaat sebaik pada kasus hepatitis B dan A. Kuatnya virus yang bekerja pada penyakit ini menyulitkan proses penyembuhan.
Sejumlah terapi tradisional yang banyak disarankan adalah dengan terapi jintan hitam. Di kalangan masyarakat Eropa juga dikenal tanaman milk thistle yang diketahui membantu proses regenerasi sel hati dengan lebih baik.
Di Indonesia pengobatan hepatitis D relatif belum banyak dikenal. Karena kasus hepatitis D sendiri di Indonesia terbilang rendah. Itu sebabnya tidak banyak informasi secara spesifik yang membahas pengobatan hepatitis D secara tradisional.
Tetapi terapi yang banyak dikenal untuk pengobatan hepatitis pada umumnya dengan bahan-bahan anti toksin dan antiviral seperti dengan kunyit, temulawak dan daun brotowali, krokot dan noni.
Pencegahan Penyakit Hepatitis D
Pencegahan terbaik untuk memastikan Anda tidak akan tertular penyakit hepatitis D adalah dengan tidak pernah membiarkan tubuh Anda terserang hepatitis B. Anda bisa mulai dengan melakukan vaksin yang akan membantu tubuh Anda kebal terhadap serangan virus.
Pola hidup sehat juga berperan bagi seseorang mencegah infeksi pada hati. Karena ketika seseorang kurang olahraga, terlalu lelah atau menjalanan pola makan tidak sehat, maka sebenarnya terjadi peningkatan resiko penurunan fungsi hati dan memudahkan terjadi infeksi hati.
Di sisi lain hindari kontak langsung yang berkaitan dengan cairan dari pasien hepatitis B dan hepatitis D. Cairan adalah perantara kuat penularan penyakit hepatitis D.
Menjalankan tips-tips pencegahan penyakit hepatitis B dan hepatitis D akan membantu Anda menurunkan level resiko penyakit hepatitis D pada titik aman.