Kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang tumbuh pada area usus besar, terutama pada ruas akhir dari usus besar atau dalam bahasa ilmiah juga dikenal dengan sebutan rektum. Dan pada kesempatan kali ini kita akan mencoba mengulas lebih dalam mengenai penyakit kanker pencernaan yang paling banyak terdiagnosa ini.
Menurut data dari Mayo Clinic penyakit ini banyak terdiagnosa pada kalangan manula, bahkan dikatakan setidaknya 90% kasus kanker kolorektal adalah kaum manula. Menurut data dari Rumah Sakit Dharmais, kanker kolorektal ini diidap setidaknya oleh 1,8 orang dari 100 ribu penduduk. Dan data ini sendiri dipastikan bisa berkembang.
Sementara fakta lain yag kami kutip dari jurnal UNDIP Muhammad Risqhan, dikatakan bahwa penyakit kanker kolorektal ini juga lebih banyak menyerang pria dari pada wanita dengan perbandingan 3 :1. Beberapa kasus bersifat sekunder hasil dari persebaran kanker dari prostat, sedang sebagian lain bersifat primer.
Berbeda dengan informasi yang disampaikan oleh mayoclinic, di Indonesia justru kanker kolorektal lebih banyak menyerang usia produktif di atas 40 tahun. Bahkan di kota besar , kasus kanker kolorektal yang muncul di usia muda sekitar 30 tahun juga terus meningkat. Perkembangananya bisa mencapai 40%. Masih berdasarkan jurnal tersebut, penyakit ini berada di peringkat 5 penyebab kanker di Indonesia dengan porsi kasus mencapai 11%,
Kanker kolorektal sendiri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan tipe sel yang diserang. Jenis-jenis kanker tersebut antara lain:
-
Adenokarsinoma
Kanker kolorektal jenis ini yang paling banyak menyerang denga prosentase mencapai 98%. Sel kanker tumbuh pada sel epitel kelenjar dari ruas rektum usus besar pada sisi dalam dinding usus besar. Keberadaan kanker pada sel epitel kelenjar ini akan menyebabkan munculnya lendir sebagai hasil sekresi dan lubrikasi dari reaksi rektum akan keberadaan sel kanker. Lendir ini menyebabkan sel kanker dengan mudah bermetastatis atau lepas dari sel induk dan menyebar ke bagian lain dari organ atau menyerang organ lain.
-
Kanker Karsinoid
Kanker kolorektal jenis ini muncul hanya sekitar 2 % dari seluruh kasus kanker kolorektal. Sel kanker pada kasus ini tumbuh pada sel Kulchitsky produsen dari hormon 5-hidroksitriptamin pada dinding usus besar. Keberadaannya merusak fungsi usus besar dan mematikan sistem syaraf dan otot, sehingga melemahkan gerak presitaltik usus besar. Kanker jenis ini tak seagresif kanker adenokarsinoma karena tidak terlalu mudah bermetastatis.
-
Gastrointestinal Stromal Tumor (GISTs)
Kanker jenis ini tergolong jarang terjadi dan secara samar memang lebih menyerupai tumor karena tampak seperti massa tanpa keganasan. Namun sifat merusaknya cukup dominan terhadap fungsi cerna dan serap air dari usus besar, karena secara spesifik menyerang sel intestinal cells of Cajal, sebuah seri sel yang merupakan satu bagian dari sistem cerna. Sifatnya cenderung tidak menyebar tetapi sangat merusak fungsi.
Penyebab Kanker Kolorektal
Penyebab kanker kolorektal pada umumnya adalah sebuah kondisi menahun atas kerusakan fungsi dari sistem cerna, inflamasi dan kondisi toksinitas tinggi yang terus terjadi. Tumpukan masalah ini menimbulkan sebuah kondisi karsinogen yang menyebabkan kolon menjadi semacam habitat nyaman bagi sel kanker tumbuh dan menyebar.
Sebelum membahas lebih dalam mengenali apa penyebab kanker kolorektal, kita akan mencoba mengulas dulu apa itu kolon dan rektum, bagian utama dari serangan kanker kolorektal. Informasi ini akan memudahkan Anda memahami bagaimana seseorang bisa mengidap kanker kolorektal.
Kolon atau biasa lebih dikenal sebagai usus besar sendiri merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan. Berbentuk menyerupai tabung panjang yang berada setelah usus halus. Ukurannya lebih besar dari usus halus dan memiliki ruas-ruas yang menandakan fungsi dari tiap ruas. Fungsi dari usus besar sendiri adalah untuk menyerap sisa air dari sisa sari makanan hasil penyerapan usus halus. Di dalam usus besar pula terjadi proses pembusukan sisa makanan sehingga berubah menjadi feses.
Rektum, merupakan bagian akhir dari rangkaian ruas dalam usus besar atau kolon ini. Fungsinya lebih sebagai ruang tampung dari hasil pembusukan atau ruang tampung feses. Ketika feses penuh secara otomatis akan muncul rangsangan pada syaraf tepi dinding rektum yang menyebabkan seseorang ingin buang air besar atau secara medis dikenal sebagai reaksi defekasi.
Ketika defekasi tidak terjadi, maka feses akan kembali mengalir menuju ruas dalam dari usus besar dan kembali akan mengalami proses penyerapan air. Hasilnya, feses akan kekurangan air sehingga menjadi lebih padat, keras dan mengalami sembelit.
Sedang bagi usus besar sendiri, menyerap air dari feses jelas meyebabkan masalah toksin mengingat di dalam feses terdapat penimbunan toksin yang mau tidak mau akan terserap kembali oleh tubuh. Sedang dalam feses sendiri juga terdapat bakteri yang sebenarnya berperan besar dalam proses pembusukan. Sayangnya ketika proses penyerapan kembali ini, bakteri bisa mengalir menuju ruas usus lebih dalam dan membentuk infeksi, atau justru menginfeksi rektum karena terlalu lama berada di area ini.
Dari sanalah muncul gejala kolitis atau infeksi dan inflamasi pada usus. Kadang perpaduan antara keberadaan bakteri bersama penumpukan toksin dalam usus besar inilah yang kemudian menjadi asal muasal dari terjadinya polip pada usus besar.
Biasanya tanda awal adanya perilaku abnormal pada usus besar diawali dengan munculnya polip. Polip ini lebih sebagai massa kecil yang tumbuh pada dinding usus besar dan dalam kasus ini pada dinding rektum. Polip bisa tumbuh semakin pesat, bertumpuk satu dengan yang lain hingga akhirnya memicu perilaku ganas yang kemudian mengembangkannya menjadi sel kanker.
Biasanya perilaku pembentukan polip ini sendiri juga bisa dipicu oleh kondisi khusus dari pasien yang bersifat genetik seperti:
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANG-
Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
Penyakit langka ini membuat seseorang memiliki begitu banyak polip yang tumbuh secara alami di dalam liang kolon. Mereka dengan kasus FAP ini bisa mengalami peningkata resiko kanker kolorektal hingga 40% di usia di atas 40 tahun.
-
Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (HNPCC)
Sindrom pembentukan kista pada dinding kolon ini juga memberi kontribusi peningkatan resiko kanker kolorektal hingga beberapa kali lebih kuat pada usia 50 tahun.
Itu sebabnya penting untuk seseorang mengetahui riwayat kesehatan keluarga untuk mengenali adanya riwayat-riwayat khusus yang mungkin menjadi ancaman. Termasuk adanya kecenderungan seseorang mengalami kanker-kanker khusus, mengingat adanya pengaruh genetik dalam perkembangan mutasi gen dalam diri seseorang.
Sementara itu, beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko dari kanker kolorektal.
-
Memiliki ras Afrika dan Kaukasoid
Beberapa fakta menunjukan mereka yang berasal dari ras afrikan atau dari ras kaukasoid, penghuni mayoritas benua Eropa dan Amerika akan memiliki resiko lebih besar terhadap kanker kolorektal.
-
Terbiasa menjalankan pola makan rendah serat dan tinggi lemak
Lemak yang mengendap pada lapisan dinding kolon sementara pembuangan feses tidak lancar karena kekurangan serat juga bisa meningkatkan resiko kanker kolorektal.
-
Memiliki polip dan kista pada kolon
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, sebagian besar kanker kolorektal berawal dari tumbuhnya polip atau kista pada dinding kolon. Mereka dengan riwayat polip atau kanker pada kolon juga memiliki kerentanan tinggi terhadap kanker kolorektal.
-
Kadar toksin tinggi
Terbiasa mengkonsumsi makanan dan minuman dengan sifat aditif tinggi, seperti alkohol, merokok, soda, minuman dengan kadar senyawa kimiawi tinggi, makanan olahan serta awetan dan sebagainya bisa pula menjadi pemicu kanker kolorektal.
-
Diabetes dan obesitas
Beberapa kasus kanker kolorektal terkait dengan endapan lemak pada kolon yang berawal dari masalah obesitas. Selain itu kadar gula tinggi dalam darah juga memicu pengentalan darah yang bisa memicu pengendapan.
Gejala Kanker Kolorektal
Gejala kanker kolorektal kadang kala samar. Ini karena kebanyakan kasus kanker kolorektal berawal dari keberadaan inflamasi pada kolon atau munculnya polip pada kolon. Kedua kondisi tersebut menunjukan gejala yang serupa dengan gejala kanker kolorektal.
Kondisi ini membuat banyak kasus kanker kolorektal tak disadari pasien sehingga tidak dapat terdeteksi dini. Pasien yang sebelumnya sudah menyadari keberadaan inflamasi atau polip pada kolon tidak akan menyadari penyakitnya sudah berkembang menjadi kanker karena gejala yang muncul serupa.
Lalu apa saja gejala kanker kolorektal ini?
- Keluar darah pada anus baik ketika Buang Air Besar atau ketika tidak.
- Feses menunjukan gejala perubahan kepadatan, seperti lebih lemas, lebih padat atau malah diare yang terus menerus, bahkan tampak tak menunjukan perubahan sekalipun sudah Anda obati, seperti sudah mencoba menambah kadar serat atau malah meminum obat diare.
- Sering merasa nyeri dan kram pada perut bawah.
- Hilang nafsu makan, kerap merasa mual dan merasa perut bawah terasa penuh dan kembung.
- Penurunan berat bada drastis
- Mudah merasa lelah dan lemas
- Muncul rasa seperti ingin BAB yang tidak kunjung hilang.
- Rasa nyeri di dalam anus ketika setelah melakukan BAB, dan kadang disertai rasa seolah belum tuntas.
Pengobatan Kanker Kolorektal
Pengobatan kanker kolorektal biasanya disesuaikan dengan kondisi pasien dan stadium yang sudah dicapai. Untuk itu sebelum memutuskan pengobatan apa yang sesuai untuk kanker yang diderita pasien, diperlukan serangkaian test untuk memastikan keberadaan sel kanker pada rektum dan kolon sekaligus memastikan stadium dari kanker.
Biasanya untuk melakukan pemeriksaan, pasien akan menjalani test bernama sigmoidoskopi. Prsedur ini dijalankan dengan memasukan selang kecil berkamera kecil di ujungnya. Selang ini dimasukan melalui anus menuju area rektum untuk melihat secara langsung keberadaan sel kanker dan memperkirakan stadium dari kanker. Kadang diperlukan kolonoskopi yang sebenarnya serupa dengan metode sigmoidoskopi namun dengan selang yang lebih panjang hingga bisa masuk ke bagian dalam kolon.
Dalam banyak kasus, diperlukan biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari kolon dan rektum untuk dilakukan jui lab. Dari sini dokter bisa memastikan sejauh mana kondisi kanker kolorektal tersebut dengan melihat senyawa dan protein yang terdapat dalam sampel.
Setelah pasien secara positif dinyatakan mengidap kanker kolorektal, pasien bisa memilih beberapa metode pegobatan kanker kolorektal sesuai dengan kondisi mereka. Dan adapun beberapa prosedur dari pengobatan kanker kolorektal secara medis adalah sebagai berikut.
-
Radioterapi
Terapi dengan gelombang radio memang belakangan lebih populer menjadi pilihan dalam menangani kanker. Alasannya karena metode ini memiliki efek samping yang lebih ringan dan terkendali dari metode kemoterapi.
Di sini pasien akan mendapatkan paparan gelombang radio tepat di lokasi sel kanker tumbuh. Bisa dilakukan dari luar atau malah dengan pembedahan dimana gelombang secara langsung menyerang sel kanker dalam usus besar.
Tindakan ini terbukti efektif mengecilkan ukuran sel, mengeringkannya hingga mematikan sel-sel tepi dari kanker. Dan itu pula sebabnya terapi ini kerap di pilih sebelum operasi untuk mengecilkan kanker supaya mudah diambil atau denga terapi setelah operasi untuk menangani sel kanker yang tak berhasil diangkat ketika operasi.
Metode ini meski tak terlalu beresiko tetap memiliki efek samping. Radiasi memiliki efek besar terhadap keberlangsungan sel hidup. Ketika sel hidup dan sehat di sekitar sel kanker turut terpapar bisa mengakibatkan masalah seperti rasa mual, nyeri otot atau sakit kepala. Selain itu metode ini hanya efektif pada kasus kanker stadium awal.
-
Kemoterapi
Terapi ini menggunakan senyawa kimia khusus yang bersifat mematikan sel kanker. Biasanya juga diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan kanker atau justru setelah operasi untuk menghilangkan sisa kanker yang masih ada. Kadang senyawa kimia ini diberikan dengan cara disuntikan atau dengan cara infus. Beberapa jenis obat yang bisa digunakan sebagai kemoterapi antara lain cetuximab dan bevacizumab.
Sangat cocok untuk terapi kanker yang sudah menyebar atau sudah mencapai stadium lanjut karena sifatnya lebih general dan tidak terfokus seperti pada radioterapi. Namun efek sampingnya bisa menjadi lebih berat seperti kerusakan sel yang lebih menyebar, rasa nyeri dan linu pada seluruh sendi, kerontokan, sariawan, kerusakan kulit, mual, penurunan fungsi indera perasa dan penciuman dan lain sebagainya.
-
Prosedur Pengangkatan
Kebanyakan kasus kanker memang hanya bisa diatasi hingga tuntas hanya dengan cara pengangkata jaringan yang sudah terserang kanker. Demikian pula metode pengobatan kanker kolorektal. Di sini dikenal pula denga istilah kolostomi yakni pemotongan sebagian usus besar untuk mengangkat bagian usus besar yang sudah terserang kanker.
Biasanya pengangkatan macam ini menyertakan sebagian dari sel sehat di sekitar kanker untuk memastikan tak ada lagi sisa sel kanker yang masih ada di dalam kolon. Karena keberadaan sisa sel kanker macam ini bisa membentuk massa kanker baru yang kadang lebih berat. Kadang pengangkatan ini memaksa untuk dibuatkan lubang pembuangan baru di sisi samping bernama stoma. Stoma ini akan menjadi anus buatan ketika usus besar tak lagi bisa Anda pertahankan.
Tingkat kematian dari kasus kanker kolorektal terbilang cukup tinggi. Mencapai angka di atas 50% untuk seluruh kasus kanker kolorektal dunia. Itu menandakan prosedur pengobatan kanker kolorektal belum sepenuhnya efektif dalam mengatasi pertumbuhan sel kanker pada usus besar ini. Dan itu sebabnya penting bagi seorang pasien untuk menemukan solusi lain yang bisa meningkatkan presentas keberhasilan dari pengobatan.
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan khasiat obat herbal kanker kolorektal. Obat herbal ini terbukti secara empiris berkhasiat dalam mengatasi kanker yang tumbuh pada dinding usus besar sekaligus membantu memaksimalkan khasiat dari pengobatan medis tanpa mengurangi manfaatnya. Malah obat herbal juga bisa dimanfaatkan untuk menekan efek samping dari pengobata medis. Dan beberapa obat herbal yang termasuk dalam kategori tersebut adalah:
-
Sarang Semut
Tanaman herbal ini telah teruji secara empiris dan uji in-vitro dalam mengobati kanker. Apa yang membuatnya menjadi pilihan banyak orang sebagai obat kanker kolorektal? Tentu karena kandungan didalamnya. Seperti; polifenol, tanin, dan flavonoid – apa pengaruh kandungan tersebut dalam mengobati kanker kolorektal?
Ketiga kandungan ini adalah jenis-jenis antioksidan, tentu Anda pernah mendengar bahwa antioksidan sangat berguna sebagai penangkal radikal bebas. Radikal bebas adalah zat asing yang akan mengganggu aktivitas sel sehat dalam tubuh Anda dan merubah mereka menjadi sel tidak normal yang berbahaya. Agar hal ini tentu harus ada zat penangkal radikal bebas, sehingga ia tidak bercokol dalam tubuh Anda dan berhasil membentuk kanker. Memang ada banyak sayuran dan buah-buahan yang dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Namun, saat itu terlambat – Anda perlu zat aktif!
Flavonoid adalah zat aktif tersebut, apa kehebatan zat ini? Flavonoid mampu membuat sel kanker menjadi tidak aktif, sehingga proses penyebaran sel kanker dapat berhenti. Selain itu, zat aktif ini akan memperlambat proses pembelahan diri yang biasa dilakukan oleh sel kanker. Bahkan, Flavonoid mampu memaksa sel kanker untuk menghancurkan dirinya sendiri.
Bagaimana mungkin? Rupanya ini ada kaitannya dengan regenerasi tubuh secara normal dalam pembentukan pembuluh darah pada area sekitar kanker. Sewaktu Flavonoid bekerja, jaringan sel sekitar kanker tidak akan pulih lagi. Asupan darah pun tidak akan tersedia dengan demikian memutuskan hubungan antara pembuluh darah dan kanker.
Sarang Semut juga mengandung Alfa-tokoferol yang berguna sebagai anti-kanker serta menangkal serangan radikal bebas. Hasil pengujian ekstrak kasar Sarang Semut memiliki kandungan Alfa-tokoferol yang mampu meredam radikal bebas hingga mendekati 100%.
Untuk keterangan lebih lengkap mengenai keampuhan Sarang Semut dalam membantu pengobatan kanker kolorektal, dapat Anda lihat dalam halaman artikel “Obat Kanker Kolorektal“.
-
Noni Juice
Herbal asli tropis ini juga sudah banyak direkomendasikan dalam dunia medis dan sudah terbukti secara empiris dalam beberapa riset.herbal ini aman dikonsumsi bersamaan dengan pengobatan medis yakni pengobatan dengan noni juice juga efektif menekan efek samping pengobatan medis.
Dalam penelitian yang dikembangkan oleh Dr. Neil Solomon yang melakukan riset dengan melibaktkan sektar 2.000 pasien kanker dari berbagai ras ditemukan adanya beberapa senyawa terbaik yang efektif menangkal serangan kanker, pra kanker dan tumor.
Dalam noni juice terdapat senyawa bersifat anti bakteri dan pendorong imunitas. Senyawa macam scolopetin, damnachantal dan flavonoid juga membantu mengatasi peradangan serta menekan efek samping kerusakan sel karena peradangan dan serangan kanker.
Juga terdapat xeronine akan membantu menekan kecenderungan tubuh mengalami mutasi gen karena efek kerusakan sel. Terdapat pula kandungan terpenoid yang baik untuk meningkatkan regenerasi sel sehat dan mencegah penyimpangan pertumbuhan sel.
Selain tentu saja khasiat flavonoid lain yang memang sudah dikenal sebagai anti kanker seperti dengan manfaat anti karsinogen, anti proliferasi dan inhibisi angiogenesis. Dengan demikian noni juice jelas menjadi salah satu cara terbaik mengobati kanker kolorektal.
Jadi, kalau Anda mencari cara terbaik untuk meningkatkan prosentasi kemungkinan keberhasilan pengobatan kanker kolorektal, tak ada salahnya menjajal pengobatan dengan obat herbal kanker kolorektal di atas. Padukan dengan metode medis dan Anda bisa mendapatkan khasiat pengobatan medis yang lebih baik dengan efek samping terapi yang jauh lebih ringan.