Setiap tahun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pneumonia (Radang paru-paru) menjadi penyebab 20% dari kematian pada balita di seputar dunia, yakni sekitar 1,2 juta per tahun. Sedangkan, yang masih berada dalam perawatan rumah sakit akibat penyakit ini ada sekitar 20 juta anak. Bagaimana dengan pneumonia pada bayi baru lahir?
Dalam artikel ini Anda akan menemukan info lengkap seputar pneumonia pada bayi baru lahir. Kenali cara pencegahan dan pengendalian pneumonia. Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir
Indonesia sendiri menempati urutan keenam sebagai negara dengan jumlah kasus pneumonia pada bayi baru lahir yang cukup tinggi, yakni sekitar 6 juta kasus per tahun. Sejauh ini, penanggulangan pneumonia di seputar dunia hanya mampu menurunkan 35 persen angka kematian akibat penyakit ini.
Karena itu, upaya terus ditingkatkan guna menekan perkembangan penyakit ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan target bahwa pada tahun 2025, angka kematian balita akibat pneumonia, dapat ditekan semaksimal mungkin. Salah satu program yang kian digencarkan guna mencapai tujuan ini adalah The Integrated Global Action Plan for the Prevention and Control of Pneumonia and Diarrhoea/Rencana Aksi Global Terpadu guna mencegah dan menangani pneumonia dan diare.
Diharapkan, program ini dapat mempercepat tercapainya pengendalian angka kejadian dan angka kematian akibat pneumonia dan diare pada balita di seputar dunia, antara lain tindakan pencegahan (kampanye pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan, vaksinasi, dan sanitasi dalam kehidupan sehari-hari) dan tindakan penanganan dengan memastikan bahwa balita yang menderita pneumonia mendapatkan akses perawatan yang tepat agar dapat sembuh.
Gejala Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir
Tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan mengingat dampak serius yang dapat ditimbulkan pneumonia pada balita. Jika tanda dan gejala-gejala berikut terlihat pada balita Anda, segera larikan ke rumah sakit terdekat untuk mencegah komplikasi serius lainnya.
- Tampak lelah dan gelisah.
- Sesak nafas dan nyeri dada.
- Batuk berkepanjangan, berdahak/bernanah.
- Demam terus-menerus dengan suhu 390 C atau lebih.
- Berkeringat dan menggigil.
Penyebab Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir
Angka kejadian pneumonia pada balita yang tinggi seringkali ditemukan di negeri-negeri dengan sanitasi hidup yang buruk seperti di sub-Sahara Afrika atau di Asia Selatan. Padahal, faktor lingkungan yang baik, adalah salah satu kunci penting dalam mencegah terjadinya penyakit ini. Sejauh ini, bakteri pneumokokus merupakan jenis bakteri yang paling sering ditemukan pada penderita pneumonia balita.
Lingkungan yang kurang bersih, ditambah dengan sistem imun tubuh balita yang belum kuat dengan tambahan berbagai faktor resiko lain seperti kurangnya pemberian ASI dan asupan nutrisi yang buruk, merupakan faktor utama yang menyebabkan bakteri maupun virus penyebab pneumonia menyerang balita.
Pengobatan Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir
Biasanya, pengobatan pneumonia akan disesuaikan dengan keseluruhan kondisi tubuh penderita, termasuk jenis dan tingkat keparahan pneumonia yang dialami. Jika tergolong ringan dan penyebab pneumonia yang diderita adalah bakteri dan virus, pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik atau obat antiviral. Obat-obatan lain mungkin diresepkan untuk mengurangi keluhan yang ada.
Misalnya untuk mengurangi demam dan batuk yang terjadi. Namun, pada kasus pneumonia yang berat, perawatan khusus diperlukan dan mewajibkan penderita menjalani rawat inap, misalnya dalam keadaan dimana penderita perlu menggunakan ventilator untuk membantu pernafasan. Atau, untuk mengurangi cairan yang menumpuk pada paru-paru akibat pneumonia.
Pencegahan Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir
Karena itu, pencegahan penyakit ini tentu saja dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor resiko di atas, sesuai dengan tujuan program yang kini tengah digencarkan oleh WHO guna melawan penyakit ini. Sebagai tambahan, vaksinasi dapat dilakukan pada balita sebagai tindakan pencegahan yang efektif terhadap serangan pneumonia.
Dan, sejak Maret 2007, WHO telah mengeluarkan rekomendasi penting mengenai prioritas penggunaan vaksin pneumokokus konjugasi (PCV-7) dalam program imunisasi nasional di negara-negara seputar dunia, khususnya dengan angka kejadian pneumonia balita yang tinggi. Patut diingat bahwa semakin dini vaksin diberikan, semakin optimal pula manfaat yang dapat diberikannya.
Demikianlah info lengkap seputar pneumonia pada bayi baru lahir, mulai dari penyebab, pencegahan, gejala, hingga pengobatan yang tersedia. Ingatlah vaksin untuk mencegah pneumonia dapat diberikan mulai usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan dapat diberikan kembali ketika anak buah hati Anda berada pada usia 12-15 bulan.