Peradangan kulit disebut juga dermatitis atopik ini biasanya menimpa anak-anak yang usianya dibawah 5 tahun, penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit yang sering timbul berulang kali atau kambuh. Peradangan kulit ditandai dengan rasa gatal, munculnya sisik dan benjolan yang dapat berkerak. Terjadinya peradangan kulit bisa jadi dikarenakan oleh kondisi kulit yang terlalu kering ataupun dipicu oleh alergen. Salah satunya adalah susu yang bagi beberapa orang tidak dapat menerima reaksi protein dan lemak didalamnya, namun bukan itu saja alasannya.
Hal ini pernah dialami oleh putra dari Dr. Hiromi Shinya, di usianya yang menginjak bulan ketujuh – sang putra mengalami peradangan kulit, padahal sang ibu telah mengikuti seluruh anjuran dokter anak, namun kondisinya tak kunjung membaik. Lalu, diusia 7 tahun – sang anak malah mengalami diare yang parah, sampai-sampai terdapat darah di dalam kotorannya. Lalu, Dr. Hiromi Shinya memeriksa putranya dengan endoskop (alat sejenis teropong berkabel yang digunakan untuk melihat kondisi rongga tubuh) dan mendapati adanya gejala kolitis ulserativa.
Kolitis ulserativa merupakan radang yang cukup parah dan disertai dengan luka di dalam usus besar. Penyakit ini berkaitan dengan penyakit crohn – peradangan usus. Setelah melakukan pemeriksaan dan riwayat keadaan sang putra, dokter pun menemukan penyebabnya, yaitu makanan. Rupanya, beberapa waktu sebelum terjadi radang usus besar, sang putra baru berhenti mengonsumsi ASI dan digantikan dengan susu sapi yang direkomendasikan oleh dokter anak. Untuk memastikan dugaan ini, Dr. Hiromi Shinya dan istri menyingkirkan setiap produk olahan susu dalam menu makan harian sang putra, hasilnya tidak ada lagi peradangan kulit ataupun diare yang berdarah.
Setelah itu, penelitian dilakukan dengan mengamati setiap pasien yang mengalami gangguan kesehatan yang serupa. Hasilnya sungguh mengejutkan, dikatakan bahwa seorang wanita hamil yang mengonsumsi susu dan produk olahan susu justru dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya dermatitis atopik pada anak yang dikandungnya. Faktanya, bagi susu yang mengandung lemak teroksidasi tentu dapat mengganggu ekosistem yang ada didalam usus. Susu yang demikian juga meningkatkan jumlah bakteri jahat yang akan mengganggu kesehatan.
Apabila ini terjadi, Anda akan lebih mudah terkena radikal bebas atau racun-racun yang menjadi cikal bakal timbulnya penyakit serius. Susu juga meningkatkan resiko terjadinya diabetes dan alergi bagi beberapa orang. Bahkan sejak diperkenalkannya susu di Jepang pada tahun 1960-an, jumlah pasien yang mengalami dermatitis atopik pun semakin meningkat, bila dibuat perbandingannya – ada 1 dari 5 orang yang dapat terjangkit penyakit ini. Ya, Anda tentu perlu waspada sebelum mengonsumsi susu atau menjadikannya sebagai kebiasaan hidup keluarga. Jika ingin memberikan susu kepada sang buah hati, lebih baik memilih ASI atau tidak minum susu sama sekali.