Sindrom Cushing: Di Balik Kegemukan Akibat Efek Stres

DITULIS OLEH:
Nurul Kuntarti 


Mungkin banyak dari kita yang belum tahu apa itu sindrom Cushing. Rupanya penyakit ini kerap kali menjadi penyebab utama kegemukan (obesitas). Dan keluhan ini juga berkaitan dengan hormon kortisol dan efek stres. Tetapi kegemukan karena sindrom ini sama sekali tidak dapat dipandang remeh, tidak seperti gemuk biasa.

Penyakit ini menjadi salah satu benang merah yang mengaitkan stres yang diabaikan dengan masalah kegemukan. Bahwa ternyata salah satu hormon stres, yakni hormon kortisol mampu menyebabkan sejumlah kondisi tubuh yang mengacu pada obesitas.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sindrom Cushing? Bagaimana efek stres dan hormon kortisol berpengaruh pada sindrom ini serta apa kaitannya dengan obesitas?

Apa Itu Sindrom Cushing?

Dalam sejumlah sumber, sindrom Cushing dijelaskan sebagai penyakit yang disebabkan oleh kelebihan hormon kortisol (hiperkortisolisme). Meski kerap dianggap remeh, sebenarnya penyakit ini dapat menyebabkan dampak serius bila diabaikan.

Pada taraf ringan, masalah hiperkortisolisme ini merupakan penyebab munculnya keluhan obesitas. Tetapi ketika kadar kortisol semakin berlebihan, penderitanya juga dapat mengalami gangguan yang lebih serius.

Apa Sebenarnya Hormon Kortisol?

Hormon kortisol merupakan hormon yang berkaitan dengan kondisi stres yang Anda alami. Itu adalah salah satu dari 3 macam hormon stres. Kita pernah membahas soal hormon stres dalam ulasan kami sebelumnya: “Saat Anda Stress, 3 Hormon Inilah yang Pegang Kendali.”

Menurut Society of Endocrinology, hormon kortisol diproduksi oleh dua kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal dengan pengaruh kinerja hipotalamus, kelenjar kecil di otak yang mengelola sistem endokrin dalam tubuh.

Hipotalamus akan melepas hormon steroid tertentu yang berperan merangsang produksi hormon kortisol. Hormon ini akan dilepas ketika tubuh mengalami stres, baik secara fisik maupun emosi.

Bisa dikatakan ini adalah hormon yang terbentuk dari efek stres. Seketika setelah dibentuk, hormon akan dilepas ke seluruh tubuh. Dan seluruh bagian tubuh memiliki semacam reseptor yang akan menerima sinyal yang diberikan oleh hormon kortisol ini.

Apa Peran Hormon Kortisol?

Setiap sel dan organ akan menunjukan gejala yang berbeda ketika merespon sinyal dari hormon efek stres ini. Respon yang paling utama dari hormon kortisol ini adalah meningkatkan metabolisme glukosa dalam tubuh.

Hormon kortisol mendorong produksi hormon glukagon dari pankreas. Hormon ini bekerja membentuk kembali glukosa dari asupan makanan termasuk dari elemen makanan non gula. Juga akan menarik komponen protein dalam otot untuk turut membantu pembentukan glukosa baru.

Sementara adrenalin menyebabkan jantung berpacu cepat dan meningkatkan sirkulasi darah. Hormon kortisol akan mengimbanginya dengan menyediakan bahan bakar bagipada tubuh. Sebab, dorongan percepatan sirkulasi darah sudah tentu akan mendorong metabolisme.

hormon kortisol - sindrom cushing - efek stres
Sumber: shutterstock

Di satu sisi, ini adalah cara alami untuk membantu mendukung peningkatan metabolisme tubuh. Tetapi di sisi lain, kortisol juga mendorong peningkatan kadar gula darah.

Hormon kortisol juga memiliki efek terhadap tekanan darah. Ini karena efek stres yang dpengaruhi oleh kortisol akan menyebabkan pembuluh darah menegang. Ini menyebabkan sirkulasi darah bekerja ekstra dan jantung memacu dengan lebih kuat. Tegangnya pembuluh darah menyebabkan tubuh terasa sedikit linu-linu dan tidak nyaman, seperti akan flu.

Hormon kortisol ini juga menyebabkan efek stres lain, yakni tekanan pada fungsi saraf. Tekanan ini membuat rasa tidak nyaman dan gelisah berkepanjangan. Sementara sistem saraf parasimpatik dan simpatik terpengaruh oleh kortisol, maka seseorang akan mudah merasa lapar.

Hanya saja hormon ini juga menyebabkan gangguan pada keseimbangan produksi enzim dan asam lambung. Kondisi yang kerap kali berakhir pada masalah gangguan pencernaan.

Efek stres lainnya ketika hormon kortisol bekerja adalah gangguan imunitas. Ini yang menyebabkan sejumlah orang yang dalam keadaan stres menjadi mudah terserang infeksi.

Glukokortikoid merupakan elemen anti inflamasi alami. Dan ketika tubuh tidak dapat membentuk inflamasi atau peradangan, maka sistem imunitas juga tidak membaca adanya serangan infeksi.

Ini yang kemudian melemahkan imunitas. Gangguan ini juga kerap kali muncul pada permukaan kulit yang lebih mudah mengalami infeksi.

Kenapa Hormon Dapat Meningkat Drastis?

Hormon kortisol merupakan efek stres, sehingga secara umum hormon ini akan meningkat kadarnya dalam tubuh ketika sedang dalam tekanan atau stres. Tetapi seharusnya, dalam kondisi wajar, peningkatan hormon ini sama sekali tidak berbahaya. Seiring waktu ketika stres menurun, maka kadar hormon juga akan turut menurun.

Hanya saja dalam beberapa kasus, hormon kortisol tetap pada level tinggi dalam jangka lebih panjang. Sebagaimana dijelaskan hiperkortisoliod akan sangat berbahaya bagi tubuh, termasuk masalah sindrom Cushing ini.

Lalu apa yang menyebabkan hormon kortisol meningkat pada level berbahaya? Pada dasarnya gangguan kelebihan hormon kortisol ini berkaitan dengan kelenjar pituitari dan hipotalamus.

Hipotalamus akan memproduksi steroid yang menstimulasi pituitari menghasilkan hormon ACTH di saat stres. Dan ketika efek stres muncul, ACTH akan merangsang produksi hormon kortisol.

Kaitan beberapa kelenjar itu kerap menjadi sumber utama gangguan hiperkortisolisme. Gangguan pada kelenjar-kelenjar utama itu berimbas pada kelenjar adrenal. Tetapi apa sebenarnya yang memicu gangguan pada sistem kelenjar itu?

  • Stres dan depresi berkepanjangan

    Stres dan depresi akan mendorong tubuh memproduksi senyawa ACTH berlebihan dalam jangka yang panjang. Ini memberi stimulan berlebih pada kelenjar adrenal untuk menjadi sangat aktif memproduksi hormon kortisol.

  • Latihan fisik berlebihan

    Stres memang identik dengan unsur psikologis, tetapi bagi tubuh, stres dari aktivitas fisik juga dapat mendorong produksi kortisol. Mereka yang bekerja sebagai atlet dan harus terus-menerus menghadapi pertandingan serta latihan berat cenderung mudah mengalami kenaikan hormon kortisol.

  • Gangguan pada kelenjar steroid (termasuk tumor)

    Untuk memproduksi hormon kortisol, tubuh membutuhkan peran hormon steroid. Tetapi bila kelenjar-kelenjar utama terganggu, karena efek kelelahan, infeksi, atau tumor, maka hormon-hormon lain ikut terganggu.

  • Berlebihan mengonsumsi obat kortikosteroid

    Obat kortikosteroid merupakan pengganti obat steroid yang umumnya berfungsi sebagai anti inflamasi. Biasanya obat ini diberikan pada penderita masalah inflamasi atau peradangan serius. Tetapi bila konsumsinya berlebihan, maka kadar kortikosteroid dalam tubuh akan sangat tinggi dan memicu hiperkortisolisme.

  • Kelebihan konsumsi alkohol

    Alkoholik atau kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan akan menyebabkan fungsi hormonal kacau. Kelenjar-kelenjar utama terganggu dan ini memicu gangguan produksi hormonal.

Bagaimana Mengenali Sindrom Cushing?

Salah satu efek stres dari kelebihan hormon kortisol yang berkepanjangan adalah sindrom Cushing. Sindrom ini berkaitan dengan metabolisme tubuh terhadap gula dan lemak. Juga sejumlah kondisi yang berkaitan dengan menurunnya kadar protein dari otot dan kulit.

Karena tingginya kadar kortisol, maka kadar gula dalam darah akan meningkat drastis. Kelebihan kadar gula (hiperglikemia) selalu akan direspon oleh tubuh dengan membentuk cadangan lemak. Dan karena efek kortisol, pembentukan cadangan lemak tersebar pada titik tertentu seperti pada area sekitar lingkar perut, sekitar tengkuk, dan di bawah leher.

Para penderita sindrom Cushing akan memiliki bentuk tubuh khas, seperti perut buncit dan terlihat bergelambir. Lemak juga terbentuk pada leher atas hingga terlihat seperti berdagu ganda dan berlipat tebal.

Ahli Herbal

Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!

WHATSAPP SEKARANG
hormon kortisol - sindrom cushing - efek stres
Sumber: iStock

Juga bagian tengkuk sedikit menebal membentuk semacam punuk, tetapi bukan bungkuk karena gangguan struktur tulang. Di luar, orang-orang umum menyebutnya bufallo hump atau dowaster hump. Punuk ini membuat tubuh terlihat agak bungkuk, leher sedikit maju, dengan tengkuk yang terlihat membengkak. Punuk terbentuk dari lemak yang tertimbun pada area tengkuk dan bahu.

Selain itu, hormon kortisol juga akan menyebabkan struktur protein dalam otot dan kulit menurun. Otot dan kulit akan terlihat lebih longgar karena elemen lemak dalam otot lebih mendominasi dibandingkan elemen protein.

Selain itu, kulit akan mudah sekali rusak dan teriritasi. Sementara tubuh terus menggemuk dan membesar, permukaan kulit justru terlihat bergurat merah keunguan (stretch mark) efek dari berkurangnya kelenturan kulit.

Sebenarnya glukokortikoid seharusnya bekerja sebagai anti inflamasi. Tetapi rupanya, tingginya kadar glukokortikoid dalam darah justru menyebabkan kulit kehilangan elastisitas dan ketahannya. Kulit jadi gampang sekali terluka, memar, dan sulit untuk sembuh.

Pengaruh terhadap Kesehatan Tubuh

Sistem endokrin memiliki kaitan antara satu kelenjar dengan kelenjar yang lain, juga antara sistem hormonal satu dengan yang lain. Dibutuhkan kadar hormon yang seimbang untuk memastikan setiap fungsi berjalan dengan baik, ini disebut homeostatis.

Itu sebabnya, ketika salah satu hormon mengalami peningkatan atau penurunan hingga melewati batas, maka sudah tentu akan menyebabkan gangguan pada keseimbangan homeostatis.

Itu sebabnya sindrom Cushing akan memicu sejumlah gangguan pada tubuh. Kelebihan kortisol akan menimbulkan gangguan pada pankreas yang bekerja sebagai kelenjar dua hormon yang berkaitan dengan kadar glukosa darah.

Sindrom Cushing juga memicu gangguan pada keseimbangan hormon seksual, termasuk estrogen, androgen (testosteron), dan progesteron. Itu sebabnya kebanyakan wanita dengan sindrom Cushing akan mengalami hirsutisme (pertumbuhan rambut tidak normal), jerawatan, dan sulit hamil. Sedangkan pada pria, efek stres memicu gangguan ereksi, masalah kesuburan, dan penurunan stamina.

Penderitanya juga mudah mengalami depresi, moody, gangguan tekanan darah, keluhan migrain, susah konsentrasi, penurunan kepadatan tulang, hingga gangguan pertumbuhan bila ini menyerang anak-anak.

Bagaimana Diagnosis Sindrom Cushing?

Untuk memastikan apakah seseorang memang mengidap sindrom Cushing, diperlukan sejumlah langkah pemeriksaan. Pada umumnya pemeriksaan didahului dengan pemeriksaan fisik untuk melihat gejala-gejala yang muncul.

Tidak setiap kasus obesitas berarti adalah gejala sindrom Cushing, meski kerap kali gejalanya yang hampir sama. Itu sebabnya dokter perlu cermat memastikan setiap keluhan yang dirasakan.

Beberapa penyakit memiliki kesamaan gejala dengan sindrom Cushing, seperti sebut saja PCOS (polycystic ovary syndrome) dan masalah pembengkakan ovarium. Kedua penyakit itu juga sama-sama berawal dari gangguan hormonal, tetapi karena kondisi yang berbeda.

Selain adanya penyakit lain dengan kesamaan gejala, kondisi sindrom Cushing sendiri dapat muncul akibat sejumlah penyebab. Gangguan hiperkortisolisme bisa disebabkan oleh efek stres yang memicu gangguan pituitari, juga disebabkan oleh kondisi lain.

Dan untuk memastikan diagnosis sindrom Cushing dan apa penyebab sebenarnya, berikut sejumlah tes yang perlu dilalui pasien menurut situs Mayo Clinic.

  • Tes urin

    Tes dilakukan dengan menguji urin yang telah disampling setiap 1 jam selama 24 jam. Biasanya juga akan disertai dengan uji darah. Beberapa dokter juga sekaligus memberikan stimulan untuk memantau apa penyebab utama sindrom Cushing.

  • Tes air liur

    Air liur juga dapat menjadi media uji laboratorium untuk memastikan kadar kortisol. Teorinya, hanya bila kadar kortisol tinggi saja hormon ini akan apat ditemukan dalam area rongga mulut.

  • Tes tomografi

    Tes ini dilakukan dengan memberikan resonansi magnetik tertentu pada tubuh pasien. Resonansi ini akan membantu menangkap sonar yang diterima sekaligus menggambarkan ukuran kelenjar pituitari.

  • Sampling petrosal sinus

    Ini merupakan tes yang dilakukan untuk menentukan apakah keluhan peningkatan hormon kortisol disebabkan oleh gangguan pada pituitari atau karena sebab lain. Untuk itu, tes dilakukan dengan menarik darah pada petrosal sinus. Bagian ini merupakan vena yang memiliki jalur menuju kelenjar pituitari.

    Untuk mengambil darah pasien yang sebelumnya telah dibius akan dimasukan semacam selang kecil ke dalam area paha atas, memasuki ke dalam pembuluh vena petrosal sinus.

    Tingkat ACTH, hormon stimulan kortisol yang dikeluarkan oleh pituitari akan dihitung dari darah pada vena ini. Apabila kadar ACTH tinggi, maka besar potensi kerusakan berasal dari gangguan pada pituitari.

Bagaimana Pengobatan Sindrom Cushing?

Pengobatan sindrom Cushing akan dilakukan berdasarkan pada data hasil pemeriksaan. Terutama pemeriksaan terhadap penyebab sindrom Cushing ini. Karena pengobatan yang tepat haruslah yang bisa  dengan menyasar pada penyebab penyakit. Beberapa pilihan pengobatan yang lazim diberikan adalah sebagai berikut:

Penurunan Asupan Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah terapi medis untuk membantu pasien meredakan peradangan dalam tubuh. Biasa dikonsumsi oleh mereka yang memiliki masalah peradangan berkepanjangan seperti masalah artritis, asma, dan lain sebagainya.

Pada mereka yang mengalami kelebihan hormon kortisol akibat mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang. Maka, dokter akan mengatur ulang dosis dan aturan minum untuk pasien. Ini dilakukan demi menurunkan jumlah asupan kortikosteroid harian.

Pilihan lain adalah dengan mengganti sebagian dosis kortikosteroid dengan jenis non kortikosteroid yang juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Biasanya memang kortikosteroid tidak sepenuhnya dihentikan karena justru dapat mengganggu kinerja tubuh dalam menjaga kadar kortisol normal.

Pengangkatan dari Radiasi

Beberapa kasus sindrom Cushing disebabkan oleh munculnya tumor pada kelenjar pituitari sehingga memicu produksi hormon kortisol. Atau dapat pula disebabkan oleh tumor pada pankeras yang berkaitan tidak langsung dengan hormon kortisol. Juga dapat disebabkan oleh tumor pada kelenjar adrenal yang menjadi penghasil utama kortisol.

Kehadiran tumor akan mengganggu kinerja kelenjar dan karena itu perlu disingkirkan. Pasien akan menjalankan semacam operasi pengangkatan jaringan tumor. Atau juga dengan beberapa opsi pilihan lain seperti dengan tindakan laser atau dengan radiasi.

Pasca tindakan pasien mungkin perlu menjalankan semacam terapi radiasi tambahan untuk mematikan sisa-sisa tumor. Selain juga perlu menjalankan terapi hormon kortisol pengganti sampai tubuh dapat kembali memproduksi kortisol secara normal.

Terapi Anti Kortisol

Terapi ini diberikan dengan obat-obatan tertentu yang akan bekerja menurunkan produksi kortisol seperti beberapa obat ketoconazole (Nizoral), mitotane (Lysodren) dan metyrapone (Metopirone).

Terdapat pula jenis obat seperti Mifepristone (Korlym) yang bekerja menurunkan respon tubuh terhadap sinyal dari kortisol. Pada umumnya terapi ini diberikan pada pasien diabetes dan intoleransi glukosa.

Terapi anti kortisol terbaru adalah dengan mengonsumsi obat pasireotide (Signifor). Obat ini lebih bekerja pada pituitari untuk menghambat kelenjar ini memproduksi ACTH, hormon stimulan bagi kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon kortisol sebagai efek stres.

Benang Merah Antara Efek Stres, Hiperkortisolisme, dan Kanker

Sindrom Cushing adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar kortisol dalam darah. Dan kortisol adalah hormon yang bekerjanya dipicu efek stres. Sindrom Cushing ringan bisa terjadi pada mereka yang sering mengalami stres dan akibatnya terus memiliki kadar kortisol yang sangat tinggi.

Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa sindrom Cushing berat berkaitan dengan kerusakan pada kelenjar adrenal dan kelenjar pituitari. Dan terbukti, kerusakan terbesar yang berkaitan dengan ini adalah akibat dari pertumbuhan sel tumor pada kelenjar.

Jadi rupanya sindrom Cushing yang ringan mungkin diakibatkan efek stres berkepanjangan, dan yang lebih serius bisa dikaitkan dengan kanker. Dalam sejumlah kasus yang langka, tumor pada pituitari dan kelenjar adrenal dapat berkembang menjadi kanker.

Ini karena gangguan pada sindrom Cushing akan mengganggu keseimbangan hormonal pada tubuh, memicu produksi hormon yang tidak seimbang atau gangguan homeostatis.

Kondisi ini dapat memicu kanker payudara dan prostat sebagaimana dijelaskan dalam Croatial Medical Journal tahun 2012. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat memicu kanker lain, termasuk kanker usus seperti dijelaskan dalam Frontier in Oncology tahun 2012.

Gangguan homeostatis adalah salah satu aspek yang mendukung terbentuknya sel kanker, memfasilitasi proses pembelahan diri dan metastasis dari sel kanker. Ini dijelaskan dalam Journal of Genes and Cancer tahun 2010.

Menurunnya daya tahan tubuh juga dapat meningkatkan risiko kanker. Karena untuk memiliki ketahanan terhadap kanker, tubuh perlu memiliki daya tahan tubuh yang baik.

Masalah dari sindrom ini adalah hormon kortisol. Karena peningkatan kadar kortisol dalam jangka panjang memiliki kaitan kuat terhadap peningkatan risiko kanker secara umum. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam International Journal of Epidemiology tahun 2010.

Sindrom Cushing, salah satu penyebab dibalik masalah kegemukan, yang ternyata bisa menjadi lebih berbahaya dari sekedar kegemukan biasa. Anda perlu selalu waspada dengan timbangan di berat badan, juga kebiasaan Anda menghadapi stres dan efek stres yang mungkin terjadi. Ini menjadi awal untuk mengendalikan hormon kortisol yang menjadi penyebab utama sindrom berbahaya ini.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Nurul Kuntarti seorang seorang sarjana ekonomi yang menemukan hasratnya dalam bidang kesehatan sejak memiliki putri pertamanya. Keinginan untuk terus memahami dunia kesehatan dilanjutkan dengan mengabdikan diri dalam dunia tulis-menulis di bidang kesehatan, untuk terus menghasilkan artikel-artikel kesehatan yang akurat, kredibel, dan bermanfaat. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}