Akhir tahun 2016, dunia medis dikejutkan oleh temuan sebuah organ baru pada area pencernaan manusia. Penggunaan kata “dikejutkan” mungkin berlebihan karena sebenarnya bagian yang sekarang disebut sebagai organ sudah lama diidentifikasi oleh para pakar kesehatan, hanya saja sebelumnya hanya dipandang sebagai bagian dari keseluruhan bagian usus.
Namanya mesenterium. Bagian ini disahkan sebagai organ semenjak diteliti oleh Calvin Coffey, seorang pakar bedah dari the University of Limerick Irlandia. Pada awalnya, sejumlah periset hanya menyimpulkan bahwa mesenterium tak lebih dari jembatan penyambung antara usus besar dan usus kecil. Bentuknya menyerupai membran dan menjadi pelekat utama posisi usus dengan ligamen penyangganya.
Perjalanan Mesenterium Sampai Diidentifikasi sebagai Organ Baru
Dr. Calvin Coffey dengan tim mencoba menelusuri sejumlah riset dan temuan mengenai mesenterium dan mencoba membandingkannya dengan kondisi fisik mesenterium pada sejumlah pasien yang harus menjalankan operasi kolorektal di Irlandia. Dari sejumlah karakter sel yang menyusun jaringan dalam organ baru ini ditemukan adanya perbedaan karakter yang membuatnya tidak bisa disamakan begitu saja dengan bagian usus yang lain.
Jadilah mesenterium kemudian diakui sebagai organ terpisah dari bagian sistem pencernaan. Pengakuan ini kemudian dirilis dalam jurnal The Lancet Gastroenterology and Hepatology edisi November 2016.
Sesuatu yang ditemukan oleh Coffey ternyata sudah diulas oleh Leonardo Da vinci dalam salah satu ulasannya. Seorang seniman yang ternyata juga seorang ilmuwan ini menemukan bahwa di antara usus besar dan usus halus ditemukan organ penyambung berfragmen yang menjadi koneksi utama antara pencernaan dan otot perut.
Sebagaimana usus buntu, sebagian pakar di awal temuannya beranggapan bahwa mesenterium tak lebih dari bentukan evolusi manusia purba menjadi manusia modern. Sekadar lapisan yang menjadi tempat melekatnya usus halus dan usus besar, menempatkannya pada lokasi yang tetap dalam area perut tanpa mengganggu area organ lain seperti hati, ginjal atau area genital di belakangnya.
Dalam perkiraan medis lama mungkin di masa purba membran ini berperan lebih, namun seiring dengan perkembangan pola makan dari era paelo ke era modern, fungsi ini hilang dan menghilangkan pula jejaknya dalam DNA sehingga secara turun-temurun bentuknya berubah, dan fungsinya menyempit hanya sebagai membran pelekat dan pembatas usus dengan organ di belakangnya.
Namun faktanya, usus buntu dipastikan bukan benda tak berfungsi yang hanya terselip begitu saja di sela usus besar. Ada banyak manfaat usus buntu yang belakangan ditemukan seperti manfaat imunitas dan fungsi pencernaan.
Demikian pula para pakar melihat mesenterium. Para pakar meyakini bahwa fungsi dari organ baru mesenterium ini pasti lebih dari sekadar membran dan pelapis belaka. Meski peran tersebut saja tentu sudah sangat penting, bisa Anda bayangkan bila membran ini tidak ada dan usus Anda dengan mudahnya bergerak, bahkan mungkin turun dari posisinya?
Peran Penting Mesenterium Bagi Sejumlah Fungsi Tubuh
Dalam riset Coffey, diyakini adanya peran lebih mesenterium terhadap fungsi pencernaan secara keseluruhan. Pakar tersebut berpendapat, tidak mungkin benda ini berada di lokasi itu tanpa ada kejelasan fungsi.
Di sisi lain, dalam riset juga ditemukan bahwa bagian usus dengan bentuk bersayap ini diketahui juga mengandung sejumlah bakteri didalamnya. Artinya besar kemungkinan ada peran mesenterium dalam proses cerna, penyerapan dan pembusukan makanan. Mesenterium juga berperistaltik sebagaimana bagian usus yang lain.
Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!
WHATSAPP SEKARANGSelain itu, beberapa pakar dalam laman CNN.com, kemudian juga memperkirakan bahwa mesenterium akan memiliki pengaruh pula terhadap kinerja jantung, fungsi imunitas dan kinerja fungsi genital.
Bukan hanya karena organ ini melekat pada jaringan otot perut, tetapi karena faktanya, sejumlah kasus di lapangan menunjukan bagaimana keluhan pencernaan bisa menyebabkan masalah pada jantung, imunitas bahkan masalah seksual. Namun masih ada missing link yang membantu pakar memahami bagaimana kaitan ini terbentuk.
Bukan hanya itu, dalam jaringan pembentuk organ mesenterium juga ditemukan sejumlah jaringan halus pembuluh darah, endokrin, vaskular hingga beberapa bagian dari sistem imunitas dengan jaringan limfatiknya.
Ini memberi keyakinan pada para pakar bahwa organ ini memiliki peran besar dalam sebuah fungsi yang lebih luas. Bahkan diketahui bahwa sel-sel limfatik dalam mesenterium bisa menarik sampling atas bakteri jahat dalam usus dan memberi sinyal pada sistem imunitas. Namun bagaimana ini bekerja belum bisa dipahami.
Sejauh ini, para pakar belum bisa menerjemahkan secara pasti apa sebenarnya fungsi dan peran dari mesenterium selain sebagai penyangga usus dan pencernaan untuk tetap pada tempatnya. Bagaimana kaitan antara organ ini dengan organ-organ lain?
Diduga pula, bahwa organ baru ini bisa jadi menjadi titik pertemuan darah dengan nutrisi. Menjadi sarana bagi darah untuk mendapatkan suplai nutrisi untuk kemudian dihantarkan menuju jantung untuk kemudian kembali dibawa darah menuju seluruh tubuh. Sekali lagi dugaan ini masih belum dapat dibuktikan secara empiris.
Coffey berharap ke depannya temuan-temuan baru akan didapat sehingga bisa semakin mengidentifikasi fungsi dari organ ini. Diharapkan dengan temuan-temuan baru ini dunia medis bisa melihat lebih luas mengenai bagaimana mengatasi beragam penyakit pada area pencernaan, termasuk gastritis, peradangan usus, crohn disease bahkan kanker usus.
Sejauh ini, penyakit yang teridentifikasi terjadi pada area mesenterium sendiri cukup terbatas. Sejumlah kasus yang cukup kerap muncul dalam skala terbatas adalah peradangan mesenterium dan pembentukan tumor atau kista pada area mesenterium.
Kita tunggu tindak lanjut dari keputusan medis yang menyatakan mesenterium sebagai organ terpisah dalam siste pencernaan. Diharapkan akan ada temuan baru dari peran organ baru ini, untuk perkembangan dunia kesehatan yang lebih baik tentu saja.