• Home
  • Blog
  • Difteri
  • Penyebab dan Tanda Penyakit Difteri pada Anak yang Perlu Diketahui

Penyebab dan Tanda Penyakit Difteri pada Anak yang Perlu Diketahui

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 


Tanda penyakit difteri pada anak biasanya adalah sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar-kelenjar, dan lemas. Penyebab penyakit difteri ialah infeksi bakteri yang serius. Agar tidak sampai terkena, Anda perlu tahu cara mencegah penyakit difteri pada anak Anda.

Dalam artikel ini Anda akan menemukan informasi mengenai pengertian penyakit difteri, ciri-ciri penyakit difteri yang paling khas, penyebab difteri yang harus diwaspadai, cara mencegah penyakit difteri dan cara mengobatinya apabila sudah terkena.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Pengertian Penyakit Difteri

Difteri adalah penyakit serius akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang terutama menyerang membran-membran mukosa di hidung dan tenggorokan. Penyakit difteri dapat menyebar ke orang lain melalui kontak fisik langsung maupun melalui batuk atau bersin dari penderitanya.

Penyakit ini sangat jarang terjadi di negara-negara maju, karena di sana vaksin difteri sudah tersedia secara luas. Vaksinasi berhasil menurunkan angka kejadian penyakit dan kematian yang disebabkannya.

Tapi sayangnya penyakit difteri pada anak masih cukup banyak terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, karena kurang tersedianya vaksinasi atau karena rendahnya kesadaran orang tua atas pentingnya vaksinasi bagi anaknya. Itu menunjukkan bahwa vaksin adalah bagian penting dalam cara mencegah penyakit difteri.

Menurut situs KidsHealth, yang terutama berisiko terserang infeksi bakteri difteri adalah anak-anak di bawah 5 tahun, khususnya anak yang belum diberikan vaksin difteri. Selain anak-anak, yang juga berisiko terserang adalah orang tua di atas 60 tahun.

Penyebab Penyakit Difteri pada Anak

Penyebab penyakit difteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Difteria menyebar (menular) dari orang ke orang, biasanya melalui cairan yang keluar dari saluran pernapasan, misalnya saat batuk atau bersin.

Kadang-kadang anak bisa tertular difteri jika menyentuh luka terbuka di kulit seorang penderita difteri atau menyentuh pakaian yang terkena luka itu. Seorang anak juga bisa tertular bila bersentuhan dengan suatu benda, seperti mainan atau handuk, yang ada bakteri penyebab penyakit difteri di permukaannya.

penyakit difteri pada anak - tanda penyakit difteri - penyebab penyakit difteri - cara mencegah penyakit difteri

Sebagai kesimpulannya, penyebab penyakit difteri menular ada tiga: 1) melalui cairan yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin, 2) melalui sentuhan dengan luka terbuka atau pakaian yang terkena luka terbuka dari penderitanya, 3) melalui benda-benda yang terkontaminasi bakteri penyebab difteri di permukaannya.

Bakteri difteri dapat masuk ke dalam tubuh anak melalui hidung dan mulutnya, ketika anak menghirup atau tidak sengaja menelan cairan dari batuk atau bersin penderitanya. Bakteri juga bisa masuk melalui area-area kulit yang terbuka.

Gejala dan Tanda Penyakit Difteri pada Anak

Sewaktu bakteri penyebab penyakit difteri masuk ke dalam tubuh anak dan menempel ke selaput membran di sistem pernapasan, diantaranya hidung dan tenggorokan, bakteri itu akan mengeluarkan racun (toksin). Racun itulah yang akan menimbulkan gejala penyakit difteri seperti:

  • Badan terasa lemas
  • Sakit tenggorokan
  • Demam
  • Pembengkakan kelenjar di leher

Racun itu mematikan jaringan-jaringan sehat yang ada di sistem pernapasan anak. Dalam waktu 2 – 3 hari, jaringan-jaringan yang mati akan membentuk lapisan tebal berwarna abu-abu yang menumpuk di tenggorokan atau hidung.

Lapisan itu disebut sebagai ´pseudomembran’. Dan tumpukan pseudomembran itu dapat memenuhi dan menutupi jaringan-jaringan sehat di hidung, tonsil, kotak suara, serta tenggorokan. Akibatnya muncul lah ciri penyakit difteri yang lain, yaitu anak susah bernapas dan susah menelan.

Apabila infeksi terus terjadi tanpa diobati, anak penderitanya juga mungkin mengeluhkan tanda-tanda penyakit difteri lainnya, yaitu penglihatan ganda, bicara tidak jelas, hingga tanda-tanda syok seperti kulit pucat dan dingin, detak jantung cepat, berkeringat, dan gelisah.

penyakit difteri pada anak - tanda penyakit difteri - penyebab penyakit difteri - cara mencegah penyakit difteri

Jika tidak segera ditangani, racun dari bakteri penyebab penyakit difteri dapat menyebar ke aliran darah dan bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi pada organ lain, misalnya jantung dan ginjal.

Racun itu bisa mengakibatkan gangguan fungsi jantung anak untuk memompa ataupun gangguan fungsi ginjal anak untuk menyaring limbah tubuh. Lebih jauh lagi, anak bisa mengalami kerusakan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Bahkan 40 sampai 50% dari para penderita difteri yang tidak diobati akhirnya meninggal.

Cara Mencegah Penyakit Difteri pada Anak

Cara mencegah penyakit difteri yang terbaik adalah dengan memberikan vaksin difteri pada anak Anda. Pusat Informasi Obat Nasional dari Badan POM RI menjelaskan bahwa vaksin difteri diberikan dalam kombinasi dengan vaksin tetanus atau kombinasi dengan tetanus dan pertusis.

Kombinasi vaksin difteri dan tetanus disebut sebagai vaksin DT dan diberikan untuk anak usia di bawah 7 tahun. Sedangkan kombinasi vaksin difteri, tetanus, dan pertusis disebut sebagai vaksin DPT dan diberikan untuk anak usia di atas 7 tahun.

Ahli Herbal

Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!

WHATSAPP SEKARANG

Anjuran Vaksin Difteri oleh Badan POM RI

Sebagai cara mencegah penyakit difteri pada anak, vaksin dianjurkan dilakukan oleh anak berumur antara 2 bulan sampai 10 tahun. Vaksin diberikan dalam 3 dosis imunisasi primer difteri, tetanus, pertusis, serta poliomielitis dan hemofilus tipe b konjugat. Bagi anak di atas 10 tahun yang belum diimunisasi, vaksin diberikan dalam 3 dosis imunisasi primer difteri, tetanus, dan poliomielitis yang dinonaktifkan.

Cara mencegah penyakit difteri sifatnya berkelanjutan. Artinya anak juga dianjurkan diberikan lanjutan imunisasi booster 3 tahun setelah vaksin imunisasi primer. Anak di bawah 10 tahun akan diberikan vaksin difteri, tetanus, pertusis dan vaksin oral poliomielitis. Sedangkan anak di atas 10 tahun akan diberikan vaksin difteri, tetanus, dan vaksin oral poliomielitis.

penyakit difteri pada anak - tanda penyakit difteri - penyebab penyakit difteri - cara mencegah penyakit difteri

Imunisasi booster yang selanjutnya dianjurkan diberikan 10 tahun setelah imunisasi booster yang pertama. Dalam booster ini akan diberikan vaksin difteri, tetanus, dan vaksin oral poliomielitis. Siapa pun yang akan mengunjungi daerah yang banyak kasus penyakit difteri harus menjalani imunisasi lengkap.

Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional, Badan POM RI

Vaksin untuk penyakit difteri pada anak biasanya tidak menimbulkan efek samping. Tapi beberapa anak mungkin mengalami efek samping ringan seperti kemerahan atau nyeri di sekitar kulit yang disuntik, demam ringan, atau anak menjadi rewel.

Meski jarang, efek samping berat juga kadang terjadi, misalnya reaksi alergi seperti gatal-gatal atau ruam di area kulit yang disuntik. Tanyakanlah ke dokter apa yang bisa dilakukan untuk meminimalkan efek samping tersebut.

Bila Terjadi Kontak Dekat dengan Penderita…

Segera datang periksa ke dokter jika anak Anda atau Anda sendiri bersentuhan langsung atau kontak dekat dengan seorang penderita difteri. Langkah pencegahan ini khususnya penting bila Anda tidak yakin bahwa anak Anda atau diri Anda telah mendapatkan vaksin difteri atau belum.

Dokter akan memeriksa dengan melakukan tes-tes yang perlu dan mungkin akan meresepkan obat antibiotik untuk membantu mencegah penyakit difteri berkembang. Anda atau anak Anda mungkin juga diberikan imunisasi booster untuk vaksin difteri.

Herbal untuk Membantu Pencegahan Difteri

Banyak orang kini memanfaatkan herbal untuk menunjang kesehatannya serta mencegah berbagai penyakit menghampiri tubuh. Dalam hal penyakit difteri, Anda juga dapat menggunakan herbal untuk membantu pencegahannya.

Satu herbal yang akan sedikit dibahas untuk pendukung cara mencegah penyakit difteri yaitu Noni juice. Pada artikel ilmiah berjudul “Antibacterial Activity of Morinda Citrifolia Fruit Juice” dijelaskan kemampuan sari buah Noni segar (bahan baku Noni juice) yang tidak difermentasi untuk menghentikan reproduksi bakteri.

Namun jika sudah difermentasi dan dijadikan herbal Noni juice, maka kemampuannya akan bertambah hingga sanggup membunuh bakteri. Kuncinya adalah penggunaan gula dalam proses fermentasi yang memperkuat aktivitas anti-bakteri yang dimiliki oleh Noni.

Itu artinya, herbal ini dapat membantu mencegah bakteri penyebab penyakit difteri menginfeksi tubuh sekaligus membantu membasmi bakteri difteri yang mungkin telah masuk. Tidak perlu takut memberikan herbal ini bagi anak Anda. Noni juice aman dikonsumsi oleh bayi, balita, dan anak-anak selama diberikan dalam dosis yang sesuai.

Cara Mengobati Penyakit Difteri pada Anak

Bila anak dicurigai telah mengalami tanda penyakit difteri, sebaiknya segera bawa ke dokter atau rumah sakit. Dokter biasanya akan memulai pemeriksaannya dengan memastikan terlebih dulu apakah anak benar-benar memiliki tanda penyakit difteri atau tidak.

Kemudian dokter mungkin akan melakukan beberapa tes untuk melihat apakah ada bakteri penyebab penyakit difteri yang telah menginfeksi. Bahkan sebelum keluar hasilnya, seorang anak yang memiliki gejala dan tanda penyakit difteri harus segera mendapatkan perawatan. Secara medis, cara mengobati penyakit difteri yaitu menggunakan:

Obat Antitoksin

Antitoksin dapat disuntikkan langsung ke pembuluh darah atau ke otot, untuk menetralkan racun dari bakteri difteri yang telah mengalir di dalam tubuh. Sebelum memberikan obat ini, dokter akan mengecek apakah pasien alergi terhadap antitoksin, biasanya dengan terlebih dulu memberikan dosis yang rendah lalu secara bertahap meningkatkan dosisnya.

Obat Antibiotik

Difteria juga diobati menggunakan antibiotik, contohnya penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri penyebab penyakit difteri itu sendiri, tujuannya untuk menghentikan infeksi.

Anak penderita difteri biasanya diharuskan dirawat di rumah sakit di ruangan terpisah (isolasi) sampai tidak lagi berpotensi menularkan penyakitnya. Ini biasanya butuh waktu sekitar 48 jam setelah anak mulai diberikan antibiotik. Setelah antibiotik habis, dokter akan kembali melakukan tes untuk memastikan apakah bakteri difteri-nya sudah hilang.

Jika penyakit difteri pada anak segera diobati, anak seharusnya akan pulih dalam waktu 4 – 6 minggu. Meski sudah pulih, anak tetap dianjurkan untuk mendapatkan vaksin difteri agar tidak kembali terinfeksi bakteri penyebab difteri. Seseorang tidak akan kebal terhadap penyakit ini hanya karena sudah pernah mengalaminya.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan dari artikel ini, ada beberapa hal yang perlu Anda ingat sebagai orang tua. Pertama, penyebab penyakit difteri yang harus dihindari adalah kontak dekat atau sentuhan langsung dengan orang yang telah terinfeksi. Kedua, tanda penyakit difteri pada anak yang perlu diantisipasi yaitu sakit tenggorokan, demam, dan lapisan tebal abu-abu di hidung dan tenggorokan.

Ketiga, cara mencegah penyakit difteri yang saat ini paling ampuh ialah dengan memberikan vaksin difteri pada anak Anda. Keempat, jika Anda melihat adanya tanda penyakit difteri pada anak Anda, sebaiknya secepatnya bawa ke dokter untuk diperiksa dan diobati.

Demikianlah ulasan tentang penyakit difteri pada anak. Bila Anda tanggap dengan kondisi kesehatan anak, Anda akan cepat mengetahui ketika ada sesuatu yang tidak biasa pada anak. Nantikan juga informasi menarik lain seputar tips kesehatan, info kesehatan, dan pengobatan herbal hanya di Deherba.com.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}