Temukan Rahasia Kebahagiaan Menurut Sains

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 


Para ahli mengartikan kebahagiaan sebagai perasaan puas karena memiliki kehidupan yang bermakna. Ini adalah perasaan yang membuat seseorang mampu memiliki emosi positif, pulih dari emosi negatif dengan cepat, serta merasa punya tujuan hidup. Kebahagiaan tidak bergantung pada hal-hal materi. Dan orang yang bahagia bukan berarti akan selalu merasa senang.

Kebahagiaan seseorang banyak bergantung pada kualitas hubungannya dengan sesama manusia. Menurut para ilmuwan, kebahagiaan bergantung pada 3 hal: kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, memiliki persahabatan yang bermakna, dan tergabung dengan suatu komunitas. Dari hasil riset, orang-orang yang mengaku bahagia mengatakan bahwa mereka memiliki ikatan yang kuat dengan komunitasnya dan dengan orang lain.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Apakah Benar Uang Tidak Bikin Bahagia?

Sampai sekarang masih banyak orang percaya bahwa punya banyak uang adalah salah satu faktor kunci supaya hidup bahagia. Tetapi sebenarnya tidak demikian jika dilihat berdasarkan data yang diperoleh selama 100 tahun terakhir.

Sejak 1920an sampai 1950an—periode yang disebut era depresi dan perang dunia—seraya pendapatan rumah tangga meningkat, memang ada peningkatan rasa senang. Namun riset membuktikan bahwa uang meningkatkan kesenangan hanya jika itu mampu membawa orang-orang pergi dari tempat yang aman dari ancaman kemiskinan. Selain itu, uang tidak banyak pengaruhnya bagi perasaan.

Penelitian oleh Daniel Kahneman, seorang psikolog dan ekonom yang memenangkan hadiah Nobel, menunjukkan bahwa kekayaan hingga mampu meningkatkan kesenangan sampai taraf yang terbatas, tetapi jika seseorang sudah kaya, kesehatan emosionalnya tidak akan membaik meskipun ia mendapat lebih banyak kekayaan lagi.

Manusia sering membuat banyak hal menjadi rutinitas belaka. Kita gampang beradaptasi dan membuat semua aktivitas sehari-hari menjadi sesuatu yang otomatis. Misalnya ketika Anda pertama kali mengendarai mobil, Anda akan sangat memerhatikan saat kaki mengerem atau saat mengubah gigi. Tapi setelah beberapa kali mengemudi, semuanya jadi seperti gerakan otomatis saja. Kecenderungan ini juga yang diduga dapat membuat kita mengotomatiskan hal-hal yang tadinya bisa bikin senang.

Sebagai contoh, katakanlah Anda sangat ingin punya motor sport. Akhirnya Anda berhasil membelinya dan merasakan senang yang luar biasa selama beberapa minggu atau bulan. Tapi setelah beberapa bulan, Anda sudah merasa biasa-biasa saja saat mengendarai motor keren itu. Kita cepat beradaptasi dengan hal-hal materi dan kekayaan; sains menunjukkan bahwa hal-hal seperti ini tidak akan memberikan kebahagiaan yang sejati—dalam jangka panjang.

Apa yang Sebenarnya Bisa Membuat Kita Bahagia?

Ketika para ahli menanyakan orang-orang seberapa bahagiakah mereka, lalu memeriksa apa yang mereka lakukan dalam hidup, para ahli mendapati bahwa orang-orang yang memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan orang lain cenderung lebih bahagia. Jadi menurut sains, salah satu cara hidup bahagia adalah dengan menjalin persahabatan yang sejati.

Mengapa hubungan antar sesama yang baik merupakan salah satu syarat untuk bahagia? Jika ditilik dari sains, terdapat sistem-sistem dalam tubuh yang mendorong kita untuk lebih sosial. Sebagai contoh, sistem dopamin mesolimbik dapat membuat kita merasa senang ketika memberikan sesuatu kepada orang lain.

Jika Anda sanggup mengukur hormon dan aktivitas di dalam tubuh serta otak ketika sedang membantu atau bekerja sama dengan orang lain, Anda dapat melihat bahwa memang timbul perasaan senang dari dalam tubuh. Kita semua memang dirancang untuk bermurah hati kepada orang lain.

Ahli Herbal

Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!

WHATSAPP SEKARANG

Bill Harbaugh, seorang ekonom di University of Oregon, melakukan penelitian menggunakan alat pindai MRI. Ia memberikan sejumlah uang kepada para partisipan, kemudian mengatakan bahwa mereka bisa menyumbangkannya ke kegiatan amal dan juga menyimpannya untuk diri sendiri.

Sewaktu para partisipan diberitahu bahwa mereka bisa menyumbang untuk amal, area otak yang terkait dengan rasa senang dan penghargaan langsung meningkat aktivitasnya, sama seperti sewaktu mereka diberitahu bahwa mereka bisa menyimpan uangnya untuk diri sendiri. Penelitian-penelitian lain yang menggunakan MRI otak juga memperlihatkan bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dengan cara bermurah hati kepada orang lain.

Baru-baru ini dalam makalah pada Current Opinion In Psychology, James Coan dan David Sbarra menjelaskan Teori Dasar Sosial. Dijelaskan bahwa berdasarkan riset psikologi sosial dan neurosains didapati bahwa manusia pada dasarnya akan lebih sulit hidup sendirian daripada hidup bersama manusia lainnya. Menurut riset tersebut, dibutuhkan lebih banyak usaha dan sumber daya agar dapat bertahan hidup sendirian. Makalah itu juga menyimpulkan bahwa tubuh kita sebenarnya membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain.

Bisakah Kita Mengendalikan Kadar Kebahagiaan?

Ya, sebenarnya seberapa bahagia kita bergantung pada kemauan kita untuk mendapatkannya. Penelitian pada orang-orang yang kembar mendapati bahwa sekitar 50 persen kadar kebahagiaan dipengaruhi oleh genetik. Dua saudara yang kembar identik lebih mungkin untuk memiliki kadar kebahagiaan yang serupa daripada dua saudara kembar yang bukan identik (fraternal).

Penelitian lain oleh Sonia Lyubomirsky, PhD, di UC Riverside menunjukkan bahwa kondisi-kondisi hidup—seberapa nyaman kehidupan Anda, apakah Anda menikah atau tidak, atau punya anak atau tidak—hanya menyumbang sekitar 10 persen dari kadar kebahagiaan.

Sonia menjelaskan bahwa 40 persen lainnya bergantung pada pengalaman hidup sehari-hari kita—orang-orang yang kita temui, aktivitas yang kita lakukan, dan bagaimana cara memandang dunia—semuanya turut memengaruhi seberapa besar rasa bahagia yang kita rasakan. Akan tetapi tidak semua ahli menyetujui pandangan dari Sonia di atas. Namun jika pandangan ini benar, maka kita semua sebenarnya punya pilihan untuk menentukan kebahagiaan kita sendiri.

Kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap orang lain dengan mencari sifat-sifat baik mereka sehingga tidak menganggap mereka sebagai musuh. Kita juga bisa belajar untuk lebih banyak bersyukur dengan hal-hal baik yang dialami setiap hari supaya memiliki cara berpikir yang lebih positif.

Sesuai dengan pembahasan dalam bagian di atas bahwa orang yang suka memberi akan merasa lebih bahagia, maka kita juga dapat menjalani cara hidup bahagia dengan bermurah hati kepada orang lain. Memberi kepada orang lain tidak hanya terbatas pada hal-hal materi, tetapi juga memberi waktu, tenaga, atau bantuan lain kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Bahkan memberi maaf ke orang yang bersalah terhadap kita juga termasuk bermurah hati.

Sebagai kesimpulan terakhir, cara hidup bahagia menurut sains adalah dengan menjalin persahabatan dengan orang-orang yang membuat kita bahagia, bermurah hati kepada orang-orang yang membutuhkan—khususnya para sahabat kita, serta terus berupaya memiliki cara pandang yang lebih positif terhadap hal-hal yang terjadi pada kita.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}